REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Perdana Menteri Palestina Mohammed Shtayyeh mengatakan pemimpin Palestina takkan menerima berlanjutnya status quo. Palestina juga akan mempertimbangkan kembali hubungan politik, hukum, ekonomi, dan keamanan dengan Israel.
Selama pertemuan dengan Utusan Khusus Norwegia untuk Proses Perdamaian Timur Tengah Tor Wennesland di Ramallah, Tepi Barat Sungai Jordan, Shtayyeh membahas agenda konferensi donor. Konferensi tersebut dijadwalkan diselenggarakan di Brussels pada akhir Mei.
Shtayyeh, sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Palestina, WAFA, Senin pagi (29/4), menekankan perlunya aliansi internasional guna menghadapi rencana AS yang disebut 'Kesepakatan Abad' ini. Aliansi tersebut juga dimaksudkan memperlihatkan posisi politik yang jelas guna menegaskan 'tak ada pilihan selain penyelesaian dua-negara dan berdirinya negara Palestina, dengan perbatasan 1967 dan al-Quds (Yerusalem) Timur sebagai ibu kotanya.