REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Salah satu dari dua orang terduga mata-mata Uni Emirate Arab yang ditahan di Turki tewas bunuh diri. Hal itu diberitakan oleh surat kabar Turki Haberturk di situs mereka pada Senin (29/4).
Dua tersangka tersebut ditangkap pada awal 19 April lalu. Salah satu pejabat Turki mengatakan mereka mengaku melakukan mata-mata untuk negara Arab. Mereka masuk dalam penyelidikan Turki atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi yang tewas dibunuh di kantor konsulat Arab Saudi pada November tahun lalu.
Badan Intelijen AS (CIA) yakin Putra Mahkota Pangeran Arab Saudi Mohammad bin Salman yang memerintahkan pembunuhan Khashoggi itu. Jurnalis yang tinggal di AS dan bekerja sebagai kolomnis di Washington Post. Ia kerap mengkritik kebijakan Mohammad bin Salman di kolomnya.
Saat kedua orang yang mengaku mata-mata Uni Emirate Arab itu ditangkap pejabat Turki langsung menyelidiki apakah mereka terlibat dalam pembunuhan Khashoggi. Pejabat Turki menambahkan mereka sudah diawasi selama enam bulan sebelum akhirnya ditangkap.
"Ini kemungkinan sebuah upaya untuk mengumpulkan informasi tentang orang-orang Arab, termasuk pemberontak politik yang tinggal di Turki," kata pejabat Turki saat ini, seperti dilansir dari BBC.
Pihak berwenang Turki menyita sebuah komputer terenkripsi di sebuah tempat yang mereka sebut sebagai markas mata-mata di Turki. Pejabat yang tidak bersedia menyebutkan namanya mengatakan para terduga mata-mata itu dicurigai melakukan operasi intelijen terhadap orang buangan politik dan mahasiswa.
"Kami memiliki bukti yang sangat banyak atas aktivitas yang dilakukan orang-orang itu di tanah air Turki, mereka juga mengaku dipekerjakan oleh badan intelijen Uni Emirat Arab," katanya.
Arab Saudi dan Uni Emirate Arab sudah lama bersekutu. Mereka berkolaborasi untuk mengisolasi ekonomi Qatar pada 2017-2018. Tapi, sampai saat ini belum ada bukti kuat yang menyatakan Uni Emirate Arab juga terlibat dalam pembunuhan Jamal Khashoggi.