REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kaisar baru Jepang yang akan segera ditunjuk, Naruhito merupakan seorang musisi dan sejarawan. Ia seorang yang sopan tapi juga gigih, orang yang dapat bekerja sama dengan baik dan teman serta suami yang setia. Ia akan membawa perspektif global ke salah satu monarki tertua di dunia.
Pada 1 Mei, Naruhito akan menjadi kaisar Jepang. Ia tidak lagi terperangkap dalam bayang-bayang Perang Dunia II yang menyelimuti kekaisaran ayahnya, Akihito. Ia mungkin dapat menikmati kebebasan yang lebih banyak dalam membentuk kekaisarannya.
Konstitusi Jepang hanya memberikan status kepada kaisar mereka, dan Naruhito tampaknya akan mengulang apa yang telah ayahnya kerjakan, menekan perannya sebagai simbol nasional. Akihito akan mengakhiri masa kekuasaanya selama tiga dekade pada 30 April mendatang.
Naruhito akan menjadi kaisar Jepang pertama yang pernah belajar di luar negeri. Ia dianggap generasi baru kekaisaran Jepang, yang pandangannya ditempa oleh ibunya Permaisuri Michiko dan Akihito yang menentang tradisi dengan membuka istana untuk rakyat.
Akihito dan Michiko, yang berasal dari kalangan rakyat biasa, memutuskan untuk membesarkan anak-anak mereka sendiri, tidak mengandalkan pembantu atau staf kekaisaran.
Mereka juga mendukung ketika Naruhito memutuskan untuk sekolah di Oxford, perguruan tinggi di mana ia meneliti sistem transportasi Sungai Thames selama ia berada di Inggris selama 1983 sampai 1985.
"Dia akan menjadi kaisar yang fantastis, ia orang yang penyayang, ia orang yang rendah hati, tapi tidak pernah melupakan tugasnya sebagai putra mahkota, dan ia tidak akan pernah melupakan itu semua sebagai seorang kaisar," kata salah satu teman Naruhito selama di Oxford, Keith George kepada kantor berita The Associated Press.
Dua laki-laki muda itu sudah cocok sejak awal. George mengingat selera humor Naruhito dan kecintaan mereka berdua pada musik. George memainkan bluegrass dan country dengan banjonya sementara Naruhito bermain biola.
Perhatian dan kemampuannya untuk tidak menonjolkan statusnya sebagai anggota kerajaan membuat Naruhito meninggalkan impresi yang kuat. "Ia tidak melihat segalanya berdasarkan apa yang berarti untuk dia, dia akan melihat apa yang berarti bagi orang-orang di sekelilingnya," kata George yang kini bekerja sebagai pengacara di Charleston, West Virginia.
Dalam memoarnya Naruhito menulis pengalamannya di Inggris. Termasuk hal-hal lucu yang ia alami selama jauh dari rumah seperti kesalahannya dalam menggunakan mesin cuci sehingga airnya meluber kemana-mana.
Naruhito akan menjadi kaisar Jepang yang ke-126. Tapi perannya akan jauh berbeda dengan kakeknya Kaisar Hirohito. Hanya ketika Jepang menyerah kalah dalam Perang Dunia II, Kaisar Showa, panggilan Hirohito saat ini, berhenti diperlakukan sebagai dewa. Di bawah konstitusi Jepang-AS, kaisar tidak memiliki kekuatan politik.
Dalam konferensi tahunan yang menandai ulang tahunnya 23 Febuari lalu, Naruhito mengatakan ia akan membuka kemungkinan peran baru yang 'sesuai dengan zaman'. Tapi ia mengatakan ayahnya akan bekerja sebagai pemandunya.
"Saya berharap melihat dia untuk mengembangkan caranya sendiri dalam beberapa tahun ke depan, putra mahkota sudah melihat dengan cermat kerja Kaisar Showa dan kaisar saat ini dan belajar dari mereka, sementara mencoba mencari tahu peran seperti apa yang bisa ia lakukan," kata teman Naruhito lainnya, Toshio Shiraishi.
Shiraishi, seorang bankir yang bermain cello mengatakan pilihan putra mahkota untuk bermain biola sudah menunjukkan siapa dirinya. Naruhito pernah menulis esai tentang hal itu dalam sebuah brosur konser musik klasik.
"Saya mulai mengerti peran biola, yang mana tidak menonjol, tapi (dibutuhkan karena) harmoni menjadi hampa tanpanya, sangat menyenangkan memilih biola sebagai teman yang melaluinya saya dapat bertemu banyak orang dan bermain musik bersama," tulis Naruhito.
Shiraishi mengatakan Naruhito seorang yang pendengar yang baik. Ia juga orang yang senang dengan percakapan. "Ia mendorong orang untuk berbicara dan membantu memperkaya percakapan, dia tidak ingin menjadi bintang, justru ia ingin bersama orang-orang dan bekerja sama," kata Shiraishi.
Para pengamat kekaisaran mengatakan sebagai kaisar mungkin Naruhito akan fokus dengan isu-isu global. Seperti pencegahan bencana dan konservasi air. Ia sudah melakukan penelitian tentang topik tersebut sejak mengunjungi Nepal pada 1987 ketika ia melihat perempuan dan anak-anak harus berjalan jauh untuk mendapatkan air bersih.
Calon permaisuri Jepang istri Naruhito, Masako seorang lulusan Havard yang memiliki pengalaman sebagai diplomat. Ia telah membuktikan kemampuannya dalam mengikuti aktivitas dan perjalan-perjalan Naruhito ke luar negeri. Tapi semuanya tergantung dengan kesehatannya, ia sedang memulihkan diri dari apa yang menurut staf kekaisaran stress karena tekanan.
Naruhito telah membuktikan dirinya orang yang gigih. Ia harus menunggu selama delapan tahun dan dua kali ditolak sebelum akhirnya dapat menikahi Masako, yang ia temui dalam sebuah pesta pada 1986.
Masako telah membatasi kehadirannya di hadapan publik setelah melahirkan Putri Aiko dan tertekan untuk melahirkan anak laki-laki. Naruhito membelanya dan pernah mengatakan ia berharap istrinya memperluas perannya.