Senin 29 Apr 2019 09:29 WIB

Serangan Ekstremis Kulit Putih Meningkat di Era Trump

Kelompok nasionalis kulit putih bertanggung jawab atas lebih banyak serangan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Sherif mengarahkan pengendara setelah terjadi penembakan di Sinagoge Chabad, Poway, Kalifornia, AS, 27 April 2019.
Foto: EPA-EFE/David Maung
Sherif mengarahkan pengendara setelah terjadi penembakan di Sinagoge Chabad, Poway, Kalifornia, AS, 27 April 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Badan-badan keamanan Amerika Serikat (AS) telah memberikan peringatan kepada pemerintah mengenai bahaya kelompok supremasi kulit putih yang meningkat. Pada Mei 2017, FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri menyatakan, kelompok nasionalis kulit putih bertanggung jawab atas lebih banyak serangan daripada kelompok ekstremis domestik di AS selama 16 tahun terakhir.

FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri menyatakan, kemungkinan ancaman serangan dari kelompok nasionalis kulit putih akan meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Peningkatan ancaman serangan dari kelompok supremasi kulit putih terjadi di era pemerintahan Presiden Donald Trump.

Baca Juga

Catatan peningkatan serangan kelompok supremasi kulit putih di era pemerintahan Trump dimanfaatkan sejumlah kandidat presiden dari Demokrat untuk kampanye pemilihan presiden (pilpres) AS 2020. Tiga hari lalu, mantan wakil presiden Joe Biden meluncurkan kampanye untuk Gedung Putih dengan sebuah video dari Charlottesville, Virginia.

photo
Foto yang diambil dari video milik Brennan Gilmore menunjukkan sebuah mobil yang baru saja menabrak demonstran di Charlottesville, Virginia, AS, Sabtu (12/8) waktu setempat. Setidaknya satu orang meninggal karena kejadian tersebut.

Video itu menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi pada 2017. Saat itu, unjuk rasa kelompok supremasi kulit putih berujung pada tindak kekerasan dan pembunuhan demonstran anti-ekstremisme Heather Haeyer (32 tahun).

Pemerintahan Trump menghadapi pengawasan atas catatan mengenai masionalisme kulit putih setelah serangan yang terjadi di Sinagoge Chabad of Poway, San Diego, Kalifornia pada Sabtu (27/4) lalu. Serangan ini terjadi enam bulan setelah penembakan di Sinagoge Tree of Life, Pittsburgh yang menewaskan 11 orang. Dalam rapat kabinet yang digelar pada Sabtu malam di Wisconsin, Trump mengutuk penembakan di Sinagoge.

"Seluruh bangsa kita berduka karena kehilangan nyawa, berdoa untuk yang terluka, dan berdiri dalam solidaritas dengan komunitas Yahudi. Kami dengan tegas mengutuk kejahatan anti-Semitisme dan kebencian. (Itu) yang harus dikalahkan," ujar Trump dilansir The Guardian, Senin (29/4).

Penembak dalam serangan yang terjadi pada Sabtu (27/4) lalu di Poway, San Diego merupakan seorang pria kulit putih berusia 19 tahun bernama John Earnest. Pihak berwenang kini sedang memeriksa serangkaian unggahan online terkait dengan tersangka yang berisi rasialisme dan anti-Semitik. Serangan di Sinagoge terjadi pada hari terakhir perayaan Paskah Yahudi.

Juru bicara Federasi Yahudi Pittsburgh, Adam Hertzman mengatakan, tingkat anti-semitisme di AS meningkat, seperti halnya kebencian terhadap banyak kelompok. Sementara itu, seorang jemaat, Oren Lee mengatakan kepada The Guardian mengenai pendapatnya tentang para ekstremis.

"Orang-orang itu menjadi depresi dan mereka tidak tahu tujuan hidup, jadi mereka mulai memasukkan ideologi yang menjadikan mereka seperti itu. Sayangnya, ideologi itu cenderung kepada kebencian, itu sebabnya mereka melakukannya (serangan)," kata Lee.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement