REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido mengambil langkah turun ke jalan untuk merebut kekuasaan di Venezuela, Selasa (30/4). Ia menyerukan pemberontakan militer, tetapi menghadapi perlawanan sengit dari pasukan loyal Presiden Nicolas Maduro.
Mentor politik Guaido dan aktivis oposisi negara yang paling menonjol, Leopoldo Lopez berdiri di sampingnya. Lopez pernah ditahan pada 2014 karena sebelumnya telah memimpin kerusuhan antipemerintah.
Lopez mengatakan, ia telah dibebaskan dari tahanan rumah oleh pasukan keamanan yang mematuhi perintah dari Guaido. "Saya ingin memberi tahu orang-orang Venezuela. Ini adalah momen turun ke jalan dan menemani para prajurit patriotik ini," kata Lopez, Selasa (30/4).
Pertempuran jalanan terjadi di beberapa bagian di Caracas. Dalam rekaman video pada dini hari Guaido, diapit oleh beberapa pengawal nasional bersenjata lengkap, mendesak untuk menjatuhkan Maduro. Di sisi lain, pemberontakan yang dijuluki "Operasi Kebebasan", hanya mendapat dukungan militer yang terbatas.
Dalam satu insiden dramatis, beberapa kendaraan lapis baja menabrak sekelompok demonstran anti-pemerintah. Demonstran berusaha menyerbu pangkalan udara ibu kota, kemudian kendaraan menghantam setidaknya dua pengunjuk rasa.
Sekelompok kecil pemuda bertopeng tetap tinggal di jalan raya. Mereka melemparkan batu dan bom molotov ke pangkalan udara, serta membakar bus pemerintah.
Di tengah kekacauan, beberapa kendaraan utilitas lapis baja meluncur melewati tanggul dan melaju dengan kecepatan penuh ke kerumunan. Dua demonstran, terbaring di tanah dengan kepala dan kaki berlumuran darah.
"Sekarang atau tidak sama sekali," kata salah satu prajurit pemberontak muda, wajahnya ditutupi yang dikenakan oleh sejumlah tentara pemberontak.
Kepala sebuah pusat medis di dekat lokasi pertempuran jalanan menyatakan, para dokter merawat 50 orang. Sekitar setengah dari mereka menderita luka-luka akibat peluru karet.
Kemudian Selasa, Lopez dan keluarganya mencari perlindungan di kediaman duta besar Cile di Caracas. Di tempat itu, sekutu politik lainnya telah bersembunyi selama lebih dari setahun. Ada juga laporan 25 tentara yang telah bersama Guaido melarikan diri ke misi diplomatik Brasil.
Sementara Maduro mengatakan, ia telah berbicara dengan beberapa komandan militer regional yang menegaskan kembali kesetiaan mereka. Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino Lopez mengutuk tindakan Guaido sebagai tindakan teroris. Selain itu juga menyebutnya sebagai upaya kudeta, yang pasti akan gagal seperti pemberontakan sebelumnya.
"Mereka yang mencoba membawa Miraflores dengan kekerasan akan menemui kekerasan," katanya di televisi nasional, merujuk pada istana presiden di mana ratusan pendukung pemerintah, telah berkumpul sebagai tanggapan atas seruan untuk membela Maduro.
Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaza mengatakan, ekstremis sayap kanan tidak akan berhasil memecah pasukan bersenjata. Sebagian besar pasukan berdiri dengan pemimpin sosialis selama berbulan-bulan terjadi kekacauan.
"Sejak 2002, kami telah melihat pola yang sama. Mereka menyerukan kekerasan, kudeta, dan mengirim orang ke jalan sehingga ada konfrontasi dan kematian. Dan kemudian dari darah mereka mencoba membangun narasi," kata Arreaza
Para pengunjuk rasa mendirikan barikade puing-puing di beberapa persimpangan pusat kota sekitar 10 blok dari istana kepresidenan. Akan tetapi polisi dengan pakaian antiuru-hara bergerak cepat untuk membersihkan jalan.
Sebagian besar toko dan bisnis tutup dan jalan-jalan di ibu kota sangat tenang. Sementara orang-orang berkerumun di rumah menunggu hasil drama pada hari itu.