Kamis 02 May 2019 00:45 WIB

AS-Taliban Gelar Perundingan Keenam Akhiri Perang

Taliban sejauh ini menolak melakukan pembicaraan dengan Kabul.

Kelompok Taliban.
Foto: Reuters
Kelompok Taliban.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Para pejabat Amerika Serikat dan Taliban bertemu di Qatar untuk melakukan pembicaraan putaran keenam dalam upaya mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 17 tahun di Afghanistan, Rabu (1/5). Pembicaraan dilangsungkan pada saat Pemerintah Afghanistan menggelar suatu pertemuan di Kabul dalam rangka memastikan kepentingannya dipenuhi dalam perjanjian perdamaian apa pun.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan perwakilan Pemerintah Afghanistan tidak dibolehkan menghadiri perundingan antara AS dan Taliban di Doha, Qatar. Pembicaraan AS-Taliban merupakan bagian dari upaya Presiden Donald Trump mengakhiri perang terlama AS itu. Perang tersebut dimulai ketika pasukan dukungan AS mendepak Taliban beberapa minggu setelah serangan 11 September 2001 terjadi di Amerika Serikat.

Baca Juga

Sejak Oktober 2018, para pejabat AS dan Taliban telah melakukan beberapa putaran perundingan. Perundingan untuk memastikan penarikan pasukan AS dari Afghanistan berlangsung secara aman. Sebagai imbalan bagi langkah AS keluar dari Afghanistan, Taliban harus menjamin Afghanistan tidak akan digunakan milisi untuk mengancam seluruh dunia.

Pada putaran kali ini di Doha, utusan khusus AS bagi perdamaian di Afghanistan Zalmay Khalilzad beserta delegasinya diperkirakan akan memusatkan topik pembicaraan pada pernyataan gencatan senjata sebagai langkah pertama mengakhiri perang. Pekan ini, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menyelenggarakan pertemuan besar, yang jarang terjadi dan disebut dengan Loya Jirga untuk menentukan syarat-syarat yang diajukan Kabul pada pembicaraan perdamaian dengan Taliban.

Taliban sejauh ini menolak melakukan pembicaraan dengan Kabul. Kelompok gerilyawan itu menyebutPemerintah Afghanistan sebagai boneka AS.

AS menempatkan sekitar 14 ribu personel pasukan di Afghanistan sebagai bagian dari misi pimpinan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Misi tersebut dikenal dengan Resolute Support, yang tujuannya adalah untuk memberikan pelatihan dan pendampingan bagi pasukan keamanan pemerintah dalam memerangi para petempur Taliban dan kelompok-kelompok garis keras, seperti ISIS dan Alqaidah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement