REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Situasi politik di Venezuela kembali memanas pada Selasa (30/4). Hal itu disebabkan adanya seruan pemberontakan dan penggulingan Presiden Nicolas Maduro oleh pemimpin oposisi Juan Guaido.
Seruan tersebut dipublikasikan Guaido melalui sebuah video di akun Twitter pribadinya pada Selasa pagi. Dalam video itu, Guaido mengklaim telah memperoleh dukungan dari militer Venezuela.
"Angkatan Bersenjata Nasional telah mengambil keputusan yang tepat, mereka dijamin berada di sisi yang benar dalam sejarah," kata Guaido, dikutip laman BBC.
Dia pun meminta segenap warga Venezuela bergabung dengannya dan turun ke jalan untuk menurunkan Maduro. Setelah video seruan Guaido tersebar, Ibu Kota Caracas dibekap kericuhan antara demonstran dan pasukan oposisi dengan militer Venezuela yang loyal terhadap Maduro.
Para demonstran melempari kendaraan lapis baja dengan bom molotov dan batu. Aksi itu dibalas dengan tembakan gas air mata dan meriam air. Salah satu kendaraan lapis baja bahkan terekam menabrak para demonstran.
Pasukan bersenjata oposisi dan militer Venezuela juga sempat terlibat bentrok. Kedua belah pihak saling menembakkan gas air mata. Pejabat kesehatan Venezuela menyebut serangkaian kerusuhan yang terjadi pada Selasa merupakan terganas dari krisis politik tahun ini. Lebih dari 100 orang terluka dalam kejadian tersebut, dua di antaranya akibat tertembak peluru.
Menjelang petang, kerusuhan mulai mereda. Situasi di Caracas tak menunjukkan kubu oposisi berencana mengambilalih kekuasaan melalui kekuatan militer. Hal tersebut berkaitan dengan loyalitas para petinggi militer Venezuela pada Maduro.
Pada Selasa malam, Guaido kembali merilis sebuah video. Dia menyerukan agar warga Venezuela melanjutkan aksinya pada Rabu (1/5). Dia kembali menyerukan militer untuk tak memihak pada Maduro.
"Kita tahu Maduro tidak memiliki dukungan atau rasa hormat dari angkatan bersenjata. Kami telah melihat protes membuahkan hasil. Kita harus menjaga tekanan," ujar Guaido.
Dalam video itu, Guaido pun menyatakan kembali tujuannya menggulingkan Maduro. "Hari ini Venezuela memiliki kesempatan untuk secara damai memberontak terhadap seorang tiran yang sedang menutup diri," ucapnya.
Pada Selasa malam, Maduro pun tampil dalam siaran televisi pemerintah. Dia diapit oleh Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino dan Wakil Presiden Partai Sosialis Diosdado Cabello.
Pada kesempatan tersebut Maduro menyatakan upaya kudeta terhadap dirinya telah gagal. "Mereka gagal dalam rencana mereka, mereka gagal dalam seruan mereka, karena rakyat Venezuela menginginkan perdamaian," ujarnya, dikutip laman The Guardian.
Maduro pun mengutarakan optimismenya pemerintahannya tak akan bisa dilengserkan. "Kami akan terus muncul sebagai pemenang di bulan-bulan dan tahun-tahun mendatang, saya tidak ragu tentang hal tersebut," kata Maduro.
Seperti sebelumnya, dia mengatakan upaya kudeta yang dilakukan oposisi memperoleh dukungan dari Amerika Serikat (AS). Menurut Maduro, Washington memang berambisi untuk menghancurkan revolusi Bolivarian yang diwarisinya dari mantan presiden Venezuela Hugo Chavez yang meninggal pada 2013.
Gedung Putih menolak mengomentari tudingan yang dilayangkan Maduro. Namun, utusan Guaido untuk AS Carlos Vecchio mengklaim pemerintahan Presiden Donald Trump tak terlibat dalam aksi massa pada Selasa.
"Ini adalah gerakan yang dipimpin warga Venezuela," kata dia.
Meskipun upaya kudeta gagal, Maduro berjanji akan memburu dan menuntut setiap pihak yang terlibat dalam gerakan tersebut. "Mereka yang mengincar konstitusi dan perdamaian rakyat akan dituntut," ucapnya.
Memanasnya situasi politik di Venezuela telah memancing reaksi dunia internasional. Rusia dan Turki mengkritik kubu oposisi. Mereka menilai, upaya oposisi menarik militer terlibat dalam bentrokan di Venezuela tak dapat diterima dan membahayakan.
Brasil mendukung gerakan yang diinisiasi oposisi. Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengatakan rakyat Venezuela memang telah diperbudak oleh penguasa yang tiran dan diktator. Oleh sebab itu pemerintahannya mendukung gerakan penggulingan terhadap Maduro.
Meksiko menyatakan keprihatinan tentang kemungkinan meningkatnya kekerasan di Caracas. Sedangkan Presiden Kolombia Ivan Duque mendesak militer Venezuela untuk berdiri di sisi yang benar dalam sejarah, yakni melawan Maduro.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta pihak-pihak yang terlibat perselisihan dan bentrokan di Venezuela menahan diri. Ia mengimbau oposisi dan pemerintah menghindari kekerasan dan menyelesaikan krisis secara damai.