Kamis 02 May 2019 13:10 WIB

Sosok Gigih dan Penyayang di Kekaisaran Bunga Seruni

Ia tak terperangkap bayang-bayang Perang Dunia II yang menyelimuti kekaisaran ayahnya

Kaisar baru Jepang, Naruhito dengan ditemani Permaisuri Masako saat upacara naik takhta di Imperial Palace di Tokyo, Rabu (1/5).
Foto: Japan Pool via AP
Kaisar baru Jepang, Naruhito dengan ditemani Permaisuri Masako saat upacara naik takhta di Imperial Palace di Tokyo, Rabu (1/5).

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Lintar Satria

Pangeran Naruhito, sang calon pemangku takhta kekaisaran Bunga Seruni itu, ternyata seorang musisi dan sejarawan. Ia seorang yang sopan tetapi juga gigih, orang yang dapat bekerja sama dengan baik dan setia kawan. Ia akan membawa perspektif global ke salah satu monarki tertua di dunia.

Pada 1 Mei Naruhito menjadi kaisar Jepang. Ia tidak terperangkap dalam bayang-bayang Perang Dunia II yang menyelimuti kekaisaran ayahnya, Akihito. Ia mungkin dapat menikmati kebebasan yang lebih banyak dalam membentuk kekaisarannya.

Konstitusi Jepang hanya memberikan status kepada kaisar mereka. Naruhito tampaknya akan mengulang apa yang telah ayahnya kerjakan, yaitu menekan perannya sebagai simbol nasional. Akihito mengakhiri masa kekuasaannya selama tiga dekade pada 30 April kemarin.

Naruhito akan menjadi kaisar Jepang pertama yang pernah belajar di luar negeri. Ia dianggap generasi baru kekaisaran Jepang, yang pandangannya ditempa oleh ibunya, yakni Permaisuri Michiko, dan Akihito yang melawan tradisi dengan cara membuka istana untuk rakyat.

Akihito dan Michiko, wanita yang berasal dari kalangan rakyat biasa, memutuskan membesarkan anak-anak mereka sendiri. Mereka tidak mengandalkan pembantu atau staf kekaisaran.

Mereka juga mendukung ketika Naruhito memutuskan untuk sekolah di Universitas Oxford, Inggris. Di perguruan tinggi itu ia meneliti sistem transportasi Sungai Thames selama ia berada di Inggris pada tahun 1983 sampai 1985.

"Dia akan menjadi kaisar yang fantastis. Ia orang yang penyayang, ia orang yang rendah hati, tetapi tidak pernah melupakan tugasnya sebagai putra mahkota, dan ia tidak akan pernah melupakan itu semua sebagai seorang kaisar," kata salah satu teman Naruhito selama di Oxford, Keith George, kepada kantor berita Associated Press.

George mengingat selera humor Naruhito dan kecintaan mereka berdua pada musik. George memainkan banjo, sementara Naruhito bermain biola. Perhatian dan kemampuannya untuk tidak menonjolkan statusnya sebagai anggota kerajaan membuat Naruhito meninggalkan kesan yang kuat.

"Ia tidak melihat segalanya berdasarkan apa yang berarti untuknya. Ia akan melihat apa yang berarti bagi orang-orang di sekelilingnya," kata George yang kini menjadi pengacara di Charleston, West Virginia.

Dalam memoarnya, Naruhito menulis pengalamannya di Inggris. Ia juga mengungkap hal-hal lucu yang ia alami selama jauh dari rumah seperti kesalahannya dalam menggunakan mesin cuci sehingga airnya meluber ke mana-mana.

Naruhito menjadi kaisar Jepang yang ke-126. Dalam konferensi tahunan yang menandai ulang tahunnya pada 23 Februari lalu, Naruhito menyatakan ia akan membuka kemungkinan peran baru yang sesuai dengan zaman. Namun, ia mengatakan, ayahnya akan bekerja sebagai pemandunya.

"Saya berharap melihat dia untuk mengembangkan caranya sendiri dalam beberapa tahun ke depan. Putra Mahkota sudah melihat dengan cermat kerja Kaisar Showa dan kaisar saat ini dan belajar dari mereka, sementara mencoba mencari tahu peran seperti apa yang bisa ia lakukan," kata teman Naruhito lainnya, Toshio Shiraishi.

Shiraishi adalah bankir yang juga bermain selo. Ia mengatakan, pilihan Putra Mahkota untuk bermain biola sudah menunjukkan siapa dirinya. Naruhito pernah menulis esai tentang hal itu dalam sebuah brosur konser musik klasik.

"Saya mulai mengerti peran biola, yang mana tidak menonjol, tetapi (dibutuhkan karena) harmoni menjadi hampa tanpanya. Sangat menyenangkan memilih biola sebagai teman. Karena itu, saya dapat bertemu banyak orang dan bermain musik bersama," tulis Naruhito.

Shiraishi mengatakan, Naruhito pendengar yang baik. Namun, ia juga orang yang senang dengan percakapan. "Ia mendorong orang untuk berbicara dan membantu memperkaya percakapan. Ia tidak ingin menjadi bintang, justru ia ingin bersama orang-orang dan bekerja sama," kata Shiraishi menambahkan.

photo
Kaisar baru Jepang, Naruhito menerima tanda kekaisaran berupa pedang dan perhiasan sebagai bukti suksesi dalam upacara di Imperial Palace di Tokyo, Rabu (1/5).

Para pengamat kekaisaran mengatakan, sebagai kaisar mungkin Naruhito akan fokus dengan isu-isu global seperti pencegahan bencana dan konservasi air. Ia sudah melakukan penelitian tentang topik tersebut sejak mengunjungi Nepal pada tahun 1987 ketika melihat perempuan dan anak-anak harus berjalan jauh untuk mendapatkan air bersih.

Istri Naruhito, Masako, seorang lulusan Universitas Harvard yang memiliki pengalaman sebagai diplomat. Naruhito telah membuktikan dirinya orang yang gigih. Ia harus menunggu selama delapan tahun dan dua kali ditolak sebelum akhirnya dapat menikahi Masako, yang ia temui dalam sebuah pesta pada tahun 1986.

Masako membatasi kehadirannya di hadapan publik setelah melahirkan Putri Aiko. Ia tertekan akan tuntutan untuk melahirkan anak laki-laki. Naruhito membelanya dan pernah mengatakan ia berharap istrinya memperluas perannya.

Saat ini keluarga Kekaisaran Jepang menghadapi ketidakpastian. Anak semata wayang Naruhito, Putri Aiko, yang kini berusia 17 tahun tidak dapat menjadi kaisar. Jepang belum pernah memiliki kaisar wanita.

Profesor pakar monarki Jepang dari Meiji Gakuin University, Takeshi Hara, mengatakan, apa pun yang terjadi, Naruhito membutuhkan tekad kuat. Tekad itu dibutuhkan jika ia ingin mengejar jalur hidupnya sebagai seorang kaisar. (ap ed: yeyen rostiyani)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement