REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Uni Emirate Arab mengatakan 'milisi ekstremis' menguasai ibu kota Libya. Uni Emirate Arab mendukung Tentara Nasional Libya (LNA) yang dipimpin Khalifa Haftar. Mantan jenderal Muammar Gaddafi itu berusaha merebut Tripoli dari pemerintahan yang diakui masyarakat internasional.
Uni Emirate Arab bersama Mesir mendukung Haftar yang menurut mereka akan melakukan perlawanan kepada milisi Islam radikal di Afrika Utara. Laporan PBB 2017 menyebutkan negara-negara Arab Teluk telah memberikan dukungan militer dan logistik kepada pasukan Haftar.
Haftar melancarkan serangan ke Tripoli sejak tiga pekan lalu. Hal itu menghancurkan upaya PBB untuk mendamaikan berbagai fraksi di Libya yang pecah sejak delapan tahun yang lalu.
"Prioritas di Libya ada menyerang ekstremis/teroris dan mendukung stabilitas di krisis yang berlarut-larut, kesepakatan Abu Dhabi menawarkan kesempatan bagi proses yang dipimpin PBB, sementara itu milisi terus mengkontrol ibukota dan menggagalkan pencarian solusi politik," kata Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Anwar Gargash di Twitternya, Kamis (2/5).
Abu Dhabi telah menyuarakan dukungannya terhadap proses perdamaian yang dipimpin PBB. Pada Februari lalu mereka menjadi tuan rumah pertemuan Perdana Menteri Fayez Seraj dan Haftar, di mana keduanya sepakat untuk menggelar pemilihan umum nasional.
Serangan yang diluncurkan LNA memicu konfrontasi militer terbesar di Libya sejak negara itu menggulingkan Gaddafi. Pertempuran sempat terhenti di sebelah selatan Tripoli pada pekan lalu. Tapi perang kembali terjadi, kedua belah pihak menggunakan senapan mesin berat.
Dalam laporan PBB pada Juni 2017 disebutkan Haftar menerima pesawat dan kendaraan militer dari Uni Emirat Arab. Mereka membangun pangkalan udara di Al Khadim. Hal itu membuat LNA yang bersekutu dengan pemerintah yang berada di Benghazi unggul dalam pertarungan udara pada tahun 2016 lalu.
Salah satu sumber mengatakan Uni Emirate telah memberi dukungan logistik kepada Haftar agar ia dapat melindungi Mesir dari serangan milisi radikal.
"Sekarang, dia (Haftar) bergerak sendiri dan mencoba untuk meraih tujuannya sendiri," kata sumber tersebut.
Sejak LNA menyerang Tripoli sebanyak 376 orang tewas dan 1.822 orang lainnya terluka. Pertempuran itu juga menewaskan 23 warga sipil dan melukai 79 lainnya termasuk beberapa pejabat PBB. Lebih dari 45 ribu orang mengungsi dari rumah mereka.