REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Seorang komandan militer Hamas terbunuh dalam serangan udara yang dilancarkan Israel ke Jalur Gaza pada Ahad (5/5). Militer Israel menyebut bahwa serangan itu memang ditargetkan.
Menurut keterangan yang dirilis militer Israel, komandan Hamas yang meninggal bernama Hamed Ahmed Abed Khudri. Ia diklaim sebagai tokoh yang bertanggung jawab untuk mentransfer dana dari Iran ke faksi-faksi bersenjata di Gaza.
Hingga kini situasi di Gaza masih memanas. Israel menyebut lebih dari 450 roket ditembakkan dari Gaza ke wilayahnya. Namun roket-roket itu berhasil ditangkal oleh sistem anti-rudal Iron Dome milik Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memerintahkan Pasukan Pertahanan Israel untuk terus melancarkan serangan ke Gaza. "Pagi ini saya menginstruksikan militer Israel untuk melanjutkan dengan serangan besar-besaran terhadap teroris di Jalur Gaza dan saya juga menginstruksikan bahwa pasukan di sekitar Jalur Gaza akan ditingkatkan dengan pasukan tank, artileri, dan infanteri,” ujarnya.
Sejak Maret 2018, situasi di Gaza, khususnya di dekat perbatasan dengan Israel telah memanas. Hal itu dipicu oleh digelarnya aksi bertajuk Great March of Return oleh warga Palestina di sana.
Dalam aksi itu mereka menuntut Israel mengembalikan lahan dan tanah yang didudukinya pasca Perang 1967 kepada para pengungsi Palestina. Selain itu warga Palestina juga menyuarakan protes atas keputusan AS memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem.
Namun aksi demonstrasi yang berlangsung di sepanjang perbatasan Gaza-Israel itu direspons secara represif oleh Israel. Mereka menembaki para demonstran dengan peluru tajam.
Sebanyak 189 warga Palestina tewas sepanjang aksi Great March of Return dilaksanakan. Sementara sekitar 6.016 lainnya mengalami luka ringan dan berat. PBB telah menyatakan bahwa tindakan Israel terhadap para demonstran Great March of Return merupakan kejahatan perang.