Senin 06 May 2019 08:29 WIB

Kim Jong-Un Perintahkan Latihan Peluncuran Rudal

Latihan pasukan Korut ini terjadi tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Rep: Fergi nadira/ Red: Dwi Murdaningsih
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un mendengarkan Presiden Rusia Vladimir Putin saat pertemuan keduanya di Vladivostok, Rusia, Kamis (25/4).
Foto: Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un mendengarkan Presiden Rusia Vladimir Putin saat pertemuan keduanya di Vladivostok, Rusia, Kamis (25/4).

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG - Pemimpin Tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong-un memerintahkan secara pribadi latihan serangan dadakan dalam peluncuran roket dan rudal, Sabtu (4/5) pagi waktu setempat. Latihan yang dilakukan pasukan Korut ini terjadi tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Latihan peluncuran roket dan rudal melibatkan Sistem Peluncuran Roket Berganda (MLRS) 240 mm, MLRS 300 mm, dan rudal balistik jarak pendek tak dikenal.

Baca Juga

"Berdasarkan apa yang dianalisis, apa yang kami pahami adalah bahwa (Korut) meluncurkan banyak peluncur roket 240 mm, 300 mm termasuk model baru senjata pemandu taktis dan kami menilai bahwa jaraknya sekitar 70-240 km," kata militer Korea Selatan (Korsel) dalam sebuah pernyataan dilansir Business Insider Singapore, Senin (6/5).

Militer Korsel menggunakan terminologi yang sama dengan Korut untuk rudal balistik baru yang ditembakkan selama latihan. Latihan tersebut dilaporkan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tempur pasukan Korut. 

Kim menginstruksikan anggota pasukan untuk mempertahankan postur siaga tinggi. Peluncuran dan pelepasan diabadikan di foto yang menunjukkan sebagai rudal balistik jarak pendek.

Rudal jarak pendek oleh sebagian pihak disebut sebagai versi rudal Rusia Iskander Korut. Rudal itu adalah indikasi pertama yang jelas bahwa "Rocket Man" kembali dalam bisnis pengujian rudal.

Latihan peluncuran rudal ini sudah lebih dari setahun sejak Kim meluncurkan rudal balistik terakhir. Yang terkahir, Kim menyerukan rudal balistik antarbenua Hwasong-15 yang diuji pada akhir November 2017.

Unjuk kekuatan ini pun dianggap sebagai sinyal bagi pemerintahan Trump. Pakar menilai hal ini merupakan sebuah pesan bahwa kesabaran Pyongyang sudah habis.

"Ini sebagian besar merupakan peringatan bagi Trump bahwa ia dapat kehilangan perundingan kecuali Washington mengambil langkah-langkah denuklirisasi parsial yang ditawarkan oleh Kim," ujar seorang rekan senior di Institut Studi Kebijakan Asan, Shin Beom-chul.

"Dimulainya kembali tes jangka panjang bisa menjadi yang berikutnya kecuali Kim mendapatkan apa yang diinginkannya dengan segera," tambahnya.

Latihan ini dilakukan setelah beberapa putaran negosiasi AS - Korut gagal mencapai kesepakatan. Trump secara mengejutkan merespons, dan perlu menjadi pertimbangan.

"Apa pun di dunia yang sangat menarik ini adalah mungkin," cuitnya, Sabtu.

"Kim tahu bahwa saya bersamanya & tidak ingin mengingkari janjinya kepada saya," kata Trump. Presiden kemudian bersikeras bahwa kesepakatan akan terjadi.

N fergi nadira

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement