Senin 06 May 2019 14:08 WIB

Sampah Meningkat Saat Ramadhan karena Makanan Berlebihan

Sampah di Jakarta bertambah 200 ton dalam sebulan saat Ramadhan.

Red: Nur Aini
Kuliner Ramadhan Makanan Padang. Pedagang menjajakan aneka jenis kuliner makanan Padang di Kramat, Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (17/8).
Foto: Republika/ Wihdan
Kuliner Ramadhan Makanan Padang. Pedagang menjajakan aneka jenis kuliner makanan Padang di Kramat, Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (17/8).

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA --  Indonesia adalah salah satu negara dengan penghasil sampah makanan terbesar di dunia, menurut sebuah lembaga internasional.

Tahun lalu, Pusat Makanan dan Nutrisi Barilla mencatat Indonesia membuang sampah makanan terbesar kedua dengan jumlah mencapai 300 kilogram per orang per tahun.

Baca Juga

Data yang juga dimuat oleh The Economist Intelligence Unit ini mencatat Arab Saudi di posisi pertama dengan jumlah sampah makanan mencapai 247 kilogram per orang per tahun, dan Amerika Serikat di posisi ketiga dengan jumlah 277 kilogram.

Sementara Parongpong Waste Management, sebuah pusat daur ulang di Jawa Barat mengatakan kepada ABC jika data yang mereka peroleh menunjukkan di Jakarta sendiri ada tambahan 200 ton sampah dalam sebulan saat Ramadhan.

"Ini sangat mengkhawatirkan, karena di luar bulan Ramadhan saja, Indonesia sudah menjadi salah satu pembuang makanan terbesar di dunia," kata Gadis Prameswari salah satu pendiri Parongpong Waste Management.

Menurutnya kebanyakan sampah adalah gabungan dari makanan yang tidak habis serta kemasan makanan.

"Dari pengamatan kita sampah-sampah ini berasal dari sejumlah pusat perbelanjaan dan restoran karena orang-orang yang memesan terlalu banyak, tapi tak bisa menghabiskannya."

Sayangnya, Gadis mengatakan Indonesia saat ini belum terlalu banyak peduli soal ini, khususnya di bulan Ramadhan, yang hanya terfokus pada pembersihan sampah di jalanan.

"Kita berharap pemerintah bisa mengelola sampah dengan lebih baik baik, karena sebenarnya ada potensi sebagai kompos atau pakan ternak dari sisa makanan ini," ujarnya.

Saat umat Muslim di seluruh dunia bergembira menyambut datangnya bulan Ramadan, seorang imam di Australia mengatakan ada kekhawatiran jika makna bulan puasa begeser dari bulan puasa atau fasting, menjadi feasting atau bulan berpesta.

Dr Bekim Hasani dari Komunitas Islam Albania di Australia mengatakan masih banyak diantara umat Muslim yang terlalu terfokus pada apa yang harus mereka makan untuk berbuka puasa, siapa yang harus diundang ke buka puasa bersama, hingga memilih restoran untuk berbuka puasa bersama.

"Sayangnya, banyak juga diantara umat Muslim yang berat badannya naik, bukannya pahala di bulan suci ini," ujarnya Dr Bekim yang juga imam di sebuah masjid di kawasan Carlton, Melbourne.

Menurut Dr Bekim meski tidak ada larangan untuk makan yang enak, terlalu memanjakan diri dengan makanan dan gaya hidup berlebihan dilarang dalam Al Quran.

Budaya menjadi salah satu penyebab mengapa banyak umat Muslim mengkonsumsi makanan berlebihan di bulan puasa.

Menjadi sebuah praktik yang biasa dan banyak dilakukan diantara umat Muslim untuk menikmati dan berbagi makanan bersama keluarga dan teman-teman, tetapi menurut Dr Bekim mereka "cenderung masak dan mengkonsumsi berlebihan."

Dr Bekim mengajak agar umat Muslim tidak melupakan hikmah utama di bulan Ramadhan, yakni untuk merasakan lapar dan mencoba berada di posisi mereka yang hidupnya sulit dan selalu dalam keadaan lapar.

Ia juga mengajak seluruh umat Muslim untuk kembali meluruskan tujuan mereka di bulan Ramadan.

"Persiapannya seharusnya adalah lebih banyak beribadah, lebih banyak menolong orang lain, atau shalat malam baik sendiri atau berjamaah di masjid."

Puasa pertama di Australia jatuh pada hari Senin (6/05), sesuai dengan keputusan Dewan Imam Nasional dan ada beberapa yang baru menjalankannya sehari kemudian, terutama dari mereka yang mengikuti metode pengamatan bulan.

Simak berita-berita seputar Ramadhan dari Australia lainnya, hanya di ABC Indonesia.

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2019-05-06/ramadan-bukan-saatnya-berlebih-lebihan/11082704
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement