REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) mengecam keras serangan Israel ke ke Gaza, Palestina pada awal Ramadhan tahun ini. BSMI pun mendesak pemerintah Indonesia yang tengah didaulat sebagai Ketua Dewan Keamanan PBB menyeret persoalan ini di badan internasional yang berkantor di New York itu.
"Inilah momentum bagi Indonesia yang dipercaya sebagai Presiden Dewan Keamanan PBB untuk berbuat sesuatu yang nyata bagi Palestina seperti yang selama ini dijanjikan," kata Ketua Umum BSMI Djazuli Ambari dalam keterangannya, Senin (6/5).
Serangan tersebut juga menarget kantor berita Turki Anodulu Agency di Gaza. Dilaporkan setidaknya 19 orang Palestina gugur dalam serangan udara tersebut. Serangan terhadap kantor berita Anadolu Agency merupakan pukulan keras terhadap kemerdekaan pers yang bahkan harus tetap dilindungi dalam kondisi perang sekalipun.
"Ini bukti Israel tak lagi peduli dengan tatanan dunia. Mereka merasa superior di atas bangsa-bangsa lain sehingga tak lagi peduli dengan aturan dan etika yang disepakati oleh negara internasional," ucap dia.
Djazuli Ambari menegaskan, Israel setidaknya melakukan dua kejahatan besar dalam serangan tersebut. Pertama, militer Israel melakukan kejahatan persis pada hari pertama bulan suci Ramadhan.
Hal ini menurut dia semakin menegaskan jika Israel tidak lagi peduli tentang rasa kemanusiaan terhadap penduduk Gaza yang tengah menyambut hari pertama Ramadhan. "Yang kedua, menarget sebuah kantor berita resmi milik Pemerintah Turki menegaskan jika Israel tak lagi menghargai kebebasan pers yang dijunjung tinggi di seluruh dunia," ucap Djazuli.
Djazuli menyebutkan, Ramadhan sebagai bulan suci umat Islam seharusnya dihormati oleh negara manapun di dunia. Pada bulan Ramadhan, umat Islam tengah melakukan ibadah sepanjang hari.
"Kita tidak pernah tahu apakah serangan-serangan keji ini menggugurkan penduduk Palestina saat mereka sedang beribadah. Sebab selama Ramadhan, 24 jam kehidupan umat Islam ada dalam kondisi beribadah. Menyerang orang yang tengah beribadah di bulan Ramadhan adalah kejahatan kemanusiaan," papar Djazuli.
Ikuti Whatsapp Channel Republika