REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Pemerintah Italia menyumbangkan dana sebesar 1,9 juta euro atau sekitar Rp 30,4 miliar (dengan kurs Rp 16.009 per euro) kepada Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Dana tersebut untuk mendukung penyediaan perawatan kesehatan primer di enam pusat kesehatan yang dikelola UNRW di Jalur Gaza.
Menurut siaran pers yang dirilis UNRWA, dana bantuan dari Italia akan membantu menyediakan sekitar 450 ribu konsultasi medis. Sekitar 340 ribu pengungsi Palestina di wilayah yang diblokade tersebut akan merasakan manfaatnya.
Kepala Kantor Badan Kerja Sama Pembangunan Italia (AICS) Cristina Natoli mengatakan bahwa bantuan tersebut menegaskan komitmen negaranya untuk membantu pengungsi Palestina, khususnya dalam bidang kesehatan. “AICS menegaskan kembali komitmennya sebagai lembaga donor utama di sektor kesehatan di Palestina dan dedikasinya untuk mendukung pengungsi Palestina di Gaza,” ujar Natoli, dikutip laman Ma’an News Agency, Senin (6/5).
Konsul Jenderal Italia untuk Yerusalem Fabio Sokolowicz menekankan tentang pentingnya memastikan perawatan kesehatan primer di Jalur Gaza yang terblokade. Dia mengungkapkan, sejak 2012, Italia telah menyumbang lebih dari 60 juta euro kepada UNRWA. Hal itu guna membantu UNRWA mempertahankan layanan vitalnya untuk para pengungsi Palestina.
Kepala Hubungan Donor, Departemen Hubungan Eksternal dan Komunikasi UNRWA Marc Lassouaoui mengucapkan terima kasih kepada Italia atas dukungan yang diberikan untuk organisasinya. “Dukungan berkelanjutan dan murah hati terhadap program kesehatan kami di Gaza pada saat ini sangat dibutuhkan,” katanya.
Dalam sebuah wawancara dengan Associated Press bulan lalu, Komisaris Jenderal UNRWA Pierre Krahenbuhl berharap negara-negara donor dapat mempertahankan bantuannya untuk organisasinya. Sebab tahun ini, UNRWA telah sepenuhnya kehilangan kontribusi dari pendonor terbesarnya, yakni Amerika Serikat (AS).
Dia mengatakan, UNRWA mengalami krisis keuangan hebat tahun lalu karena AS memutuskan menghentikan bantuannya. "Tahun lalu kami mengalami krisis yang luar biasa dan respons yang luar biasa," ujar Krahenbuhl.
Respons luar biasa yang dimaksud Krahenbuhl adalah bantuan dari berbagai negara setelah AS memutuskan menghentikan pendanaannya terhadap UNRWA. Dia sangat berterima kasih karena berkat bantuan mereka UNRWA dapat mempertahankan layanan dan bantuannya untuk jutaan pengungsi Palestina. "Negara-negara yang mendukung kami tahun lalu, saya katakan sangat bangga berkontribusi dalam solusi ini," kata Krahenbuhl.
Terdapat setidaknya 40 negara dan institusi yang menyokong krisis keuangan UNRWA pasca ditinggal AS, antara lain Jepang, Inggris, Swedia, Jerman, Kanada, Australia. Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Kuwait, masing-masing menyumbang 50 juta dolar AS. Uni Eropa pun memberi bantuan yang signifikan.
Krahenbuhl berharap negara-negara yang telah membantu UNRWA pada 2018, akan mempertahankan kontrobusinya tahun ini. "Permintaan kami yang rendah hati kepada semua donor adalah, tolong jaga tingkat pendanaan Anda pada tingkat yang sama dengan 2018," ucapnya.