REPUBLIKA.CO.ID, WARSAWA -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov bertemu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo di Kota Rovaniemi, Finlandia, Senin (6/5). Pertemuan mereka dilaksanakan di sela-sela sidang tingkat menteri Dewan Arktik ke-11.
Salah satu topik yang dibahas Pompeo dan Lavrov adalah tentang krisis politik Venezuela. Saat menggelar konferensi pers bersama, awak media sempat bertanya apakah mereka mendiskusikan perihal kemungkinan intervensi militer AS ke Venezuela.
“Kami mencoba tak fokus pada pernyataan yang dibuat di publik, mengingat fakta pernyataan ini berdampak terlalu banyak yang, sebagai suatu peraturan, tak ada hubungannya dengan politik nyata. Kami mencoba fokus pada politik nyata dan kami melakukannya,” kata Lavrov merespons pertanyaan tersebut, dilaporkan laman kantor berita Rusia TASS.
Kendati demikian, Lavrov tetap mengutarakan harapannya AS tak menempuh opsi militer ke Venezuela. Dia menilai hal itu akan menjadi bencana. Para diplomat AS, kata dia, juga memahami risiko dari opsi tersebut.
Sebelum bertolak ke Finlandia, Lavrov sempat menggelar pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaza di Moskow, Rusia. Mereka membahas tentang perkembangan politik terkini di Caracas.
Warga Venezuela mengantre air bersih dari sebuah truk di Caracas, Venezuela, Rabu (27/3).
Arreaza meminta Lavrov menyampaikan kepada Pompeo telah tiba waktunya untuk menjalin dialog. “Kita pada titik ketika kita harus kembali ke dialog, menghormati hukum internasional, dan prinsip-prinsip hubungan bilateral,” kata Arreaza.
Washington diketahui tak mendukung pemerintahan Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Ia justru mengakui pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido sebagai presiden sementara.
Sejak mengakui Guaido, AS terus menekan pemerintahan Maduro, termasuk dengan menjatuhkan sanksi ekonomi yang membidik sektor minyak negara tersebut. Sementara Rusia berada di kubu yang berlawanan dengan AS.
Moskow mendukung pemerintahan Maduro. Ia bahkan meminta AS agar tak mengintervensi urusan politik domestik Venezulea.
Rusia menyatakan hanya rakyat Venezuela yang memiliki hak menentukan nasibnya. Pada 30 April dan 1 Mei lalu, ribuan massa atau simpatisan oposisi menggelar aksi demonstrasi di Caracas.
ereka menyerukan pelengseran Maduro. Aksi itu digerakkan oleh Guaido. Maduro menuduh aksi itu adalah percobaan kudeta oleh oposisi yang didukung AS. Ia pun menegaskan upaya kudeta tersebut berhasil digagalkan. Maduro sesumbar dirinya tak akan bisa dilengserkan.