Rabu 08 May 2019 06:39 WIB

AS Kirim Kapal Induk, Iran: AS Lakukan Perang Psikologis

Ketegangan AS-Iran memanas setelah AS keluar dari kesepakatan nuklir pada 2015.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Bendera Iran.
Foto: Wikipedia
Bendera Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran mengatakan pengumuman Amerika Serikat (AS) mengirimkan kapal induk dan pesawat pengebom ke Timur Tengah adalah pesan untuk Iran. Kantor berita Tasnim melaporkan Iran melihat pengumuman itu sebagai perang psikologi.

Penasihat Pertahanan Gedung Putih John Bolton mengatakan AS sudah mengerahkan kapal induk Abraham Lincoln dan gugusan tugas khusus pengebom ke Iran. Ia mengatakan pengerahan kekuatan militer ini sebagai pesan kepada Iran.

Baca Juga

"Pernyatan Bolton adalah cara yang ceroboh dalam kejenuhan perang psikologis," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Keyvan Khosravi kepada Tasnim, Selasa (7/5).

Khosravi menambahkan USS Abraham Lincoln (CVN-72) sudah tiba di Laut Mediterania beberapa pekan lalu. Kapal induk itu tergabung dalam formasi Carrier Strike Group (CSG) 12. Formasi ini biasanya membawa 7.500 personel, satu kapal induk, setidaknya satu cruiser (penjelajah), skuadron kapal penghancur, dan puluhan kapal tempur lainnya.

Ketegangan antara Washington dan Teheran semakin memanas setelah Presiden AS Donald Trump menarik negaranya dari kesepakatan 2015. Trump lalu memberlakukan kembali sanksi ekonomi negara Timur Tengah itu.

Pada pekan lalu Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan keluar dari kesepakatan nuklir 2015 menjadi salah satu opsi dalam mengatasi sanksi ekonomi yang diberlakukan AS. Kesepakatan nuklir 2015 dirancang agar Iran tidak menyalahgunakan teknologi nuklir yang mereka miliki.

Pada awal bulan ini AS memasukkan Garda Revolusi Iran ke dalam daftar kelompok teroris. Mereka juga mencabut keringanan beberapa importir minyak Iran. Sehingga sejak awal Mei negara-negara yang sebelumnya masih diperbolehkan membeli minyak Iran tidak bisa lagi mendapatkan pasokan minyak dari negara itu atau mereka akan mendapatkan sanksi.

"Republik Islam (Iran) memiliki banyak pilihan, dan pihak berwenangan negara ini mempertimbangkannya, dan meninggalkan NPT (nuclear Non-Proliferation Treaty) menjadi salah satu diantaranya," kata Zarif di situs stasiun televisi IRIB pekan lalu.

Sebelumnya, Iran juga pernah mengancam akan meninggalkan NPT. Ketika Trump menarik AS dari kesepakatan 2015 yang ditandatangani enam kekuatan dunia: AS, Rusia, Cina, Jerman, Inggris, dan Prancis.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement