REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro menandatangani dekrit menurunkan pangkat atau memecat puluhan perwira angkatan bersenjata. Tindakan itu diambil karena keterlibatan mereka dalam upaya pemberontakan baru-baru ini.
Dilansir di Sputnik, Kamis (9/5), mengutip radio setempat, media lokal Gaceta Oficial melaporkan siapa saja yang terdampak dekrit ini. Para perwira itu antara lain mantan kepala badan intelijen SEBIN Jendral Manuel Figuera, lima letnan kolonel, empat mayor, empat kapten, enam letnan, dan 35 sersan.
Letnan Kolonel Ilich Sanchez dari Garda Nasional Venezuela yang selama beberapa bulan memimpin keamanan badan legislatif oposisi National Assembly juga menjadi salah satu yang dikeluarkan. Pemberontakan terhadap Maduro dimulai pada 21 Januari lalu.
Tidak lama setelah ia dilantik untuk masa jabatan keduanya, pemimpin oposisi Juan Guaido memdeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara. Sebagian besar negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat mendukung Guaido.
Pada gilirannya Maduro menunduh AS mencoba melakukan kudeta dengan menjadi Guaido sebagai boneka. Rusia, Cina, dan beberapa negara lainnya masih mendukung Maduro sebagai satu-satunya presiden berkuasa di Venezuela.
Pada 30 April lalu Guaido mengajak rakyat dan anggota angkatan bersenjata Venezuela untuk turun ke jalan membantunya menggulingkan Maduro yang ia anggap telah mencurangi pemilihan presiden tahun lalu. Sebagai tanggapannya, Maduro mengatakan semua komandan di seluruh wilayah dan zona pertahanan integral untuk menegaskan kembali loyalitas mereka kepada rakyat, konstitusi dan tanah air.
Kantor Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia PBB melaporkan kudeta gagal yang berubah jadi kekerasan itu melukai 240 orang.