REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Polisi intelijen Venezuela menahan wakil kongres pemimpin oposisi Juan Guaido, Edgar Zambrano, Rabu (8/5) waktu setempat. Truk derek digunakan untuk menyeret kendaraan Zambrano dengan paksa.
Zambrano mengatakan di Twitter sekitar pukul 16.40 waktu setempat, agen intelijen Venezuela, SEBIN, mengepung kendaraannya di luar markas partai Aksi Demokratis di distrik La Florida, Caracas. "Kami dikejutkan oleh SEBIN, dan setelah menolak membiarkan kami meninggalkan kendaraan kami, mereka menggunakan truk derek untuk secara paksa memindahkan kami langsung ke (markas SEBIN) Helicoide," katanya.
Namun, belum jelas apakah Zambrano sudah berada di Helicoide atau belum. Penangkapan oleh SEBIN merupakan penangkapan pertama seorang anggota parlemen sejak Guaido mencoba memicu pemberontakan militer pekan lalu untuk menjatuhkan pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.
Majelis Konstituen pro-Maduro sepakat mencabut Zambrano serta enam anggota parlemen lainnya dari kekebalan parlemen sehigga memungkinkan penuntutan mereka. Namun, oposisi tidak mengakui keputusan majelis.
Mahkamah Agung (MA) sebelumnya menuduh para anggota parlemen itu melakukan konspirasi, pemberontakan dan pengkhianatan. MA juga menuduh tiga legislator oposisi lainnya melakukan kejahatan yang sama pada Rabu. Kendati demikian, oposisi mengatakan, orang-orang di MA adalah pendukung Maduro.
Penangkapan Zembrano mendorong pemerintah Amerika Serikat (AS) yang mendukung Guaido, memperingatkan konsekuensi jika dia tidak dibebaskan. Pemerintah AS pekan ini pun telah mengancam akan memberikan sanksi kepada semua anggota MA.
Kedutaan besar AS untuk Venezuela yang kini berbasis di Washington mengatakan, penahanan sewenang-wenang itu ilegal dan tidak dapat dimaafkan. "Maduro dan kaki tangannya adalah mereka yang secara langsung bertanggung jawab atas keamanan Zambrano. Jika dia tidak segera dibebaskan, akan ada konsekuensinya," kata kedutaan di Twitter.
Pekan lalu, upaya pemberontakan untuk menurunkan Maduro yang dipimpin oleh Guaido gagal. Begitu juga dengan serangkaian sanksi AS terhadap pemerintahnya yang juga gagal. Maduro mengutuk peristiwa itu sebagai upaya kudeta.
"Salah satu konspirator utama kudeta baru saja ditangkap. Mereka harus membayar di pengadilan untuk kudeta gagal yang mereka usahakan," ujar Kepala Majelis Konstituante Diosdado Cabello.
Gejolak politik Venezuela dimulai ketika pemimpin oposisi berusia 35 tahun itu meminta konstitusi pada Januari dengan mengambil kepresidenan sementara. Pihak Guaido mengecam Maduro sebagai presiden tidak sah dalam pemilihan tahun lalu yang dilalui pemungutan suara yang secara luas dipandang sebagai penipuan.
Maduro telah memimpin negara dengan keruntuhan ekonomi selama lima tahun terakhir. Adalah suatu gejolak ekonomi negara memaksa lebih dari 3 juta orang Venezuela beremigrasi.
Majelis Konstituante menghapus kekebalan parlemen Guaido pada April. Namun, pihak berwenang belum mencoba menangkap Guaido sejak itu. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump pun telah mengancam pemerintah Maduro dengan respons yang keras jika ia menahan Guaido.
Sebelumnya, ketua MA, Maikel Moreno, menolak ancaman pemerintah AS untuk memberikan sanksi kepada anggota pengadilannya jika mereka tidak menolak pemerintah Maduro dan Guaido. Kementerian Keuangan AS memberlakukan sanksi terhadap Moreno dan tujuh anggota utama majelis konstitusional pengadilan pada 2017 untuk putusan yang merebut otoritas Majelis Nasional.
Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan Selasa (7/5), pemerintahan Trump akan segera memberikan sanksi kepada 25 anggota pengadilan. Pence mengatakan, AS mencabut sanksi ekonomi terhadap seorang mantan jenderal Venezuela yang berbalik melawan Maduro untuk mendorong sekutu Maduro lain mengikutinya.
"Kami menuntut SEBIN menghentikan intimidasi, menghormati kekebalan parlemen anggota parlemen, dan segera membebaskan Edgar Zambrano," kata Kepala Organisasi Negara-Negara Amerika, Luis Almagro.