REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Uni Eropa mendesak Iran tetap mematuhi kesepakatan nuklir atau dikenal dengan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Hal itu dinyatakan setelah Iran memperingatkan akan memperkaya kapasitas uraniumnya.
“Kami memperhatikan dengan penuh perhatian pernyataan yang dibuat Iran mengenai komitmennya di bawah JCPOA. Kami sangat mendesak Iran untuk terus menerapkan komitmennya di bawah JCPOA secara penuh seperti yang telah dilakukan sampai sekarang dan untuk menahan diri dari langkah-langkah eskalasi,” kata Uni Eropa dalam pernyataannya yang dirilis bersama Prancis, Jerman, Inggris, dilaporkan laman Euronews, Kamis (9/5).
Uni Eropa pun menyesalkan keputusan Amerika Serikat (AS) menerapkan sanksi kembali terhadap Teheran. Ia menyerukan kepada seluruh negara yang tak terikat dalam JCPOA menahan diri dan tak menghalangi atau menghambat pihak-pihak yang tersisa dalam kesepakatan untuk menjalankan komitmen mereka.
Pada Rabu lalu, Iran mengumumkan rencana untuk menghentikan beberapa komitmennya dalam JCPOA. Teheran bahkan memperingatkan siap melakukan pengayaan uranium kapan pun hal itu diperlukan.
Kepala Badan Energi Atom Iran Ali Akbar Salehi mengklaim bahwa saat ini negaranya tidak lagi terikat dengan JCPOA. Jadi, tak ada halangan bagi negaranya untuk melakukan hal demikian.
JCPOA disepakati pada Oktober 2015. Kesepatan tersebut dicapai melalui negosiasi yang panjang dan alot antara Iran dengan AS, Cina, Rusia, Jerman, Prancis, Inggris, dan Uni Eropa. Inti dari JCPOA adalah memastikan bahwa penggunaan nuklir Iran terbatas untuk kepentingan sipil, bukan militer. Sebagai imbalannya, sanksi ekonomi Iran akan dicabut.
Pada Mei tahun lalu, Presiden AS Donald Trump memutuskan menarik negaranya dari JCPOA. Dia mengaku tak puas atas poin-poin yang termaktub dalam kesepakatan tersebut.
Trump menyebut JCPOA cacat karena tak mengatur tentang program rudal balistik Iran, kegiatan nuklirnya selepas 2025, dan perannya dalam konflik Yaman serta Suriah. Setelah keluar dari JCPOA, Washington memberlakukan kembali sanksi ekonomi terhadap Teheran. Sanksi itu membidik sektor energi, otomotif, keuangan, dan perdagangan logam mulia Iran.