REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan Pakatan Harapan yang merupakan gabungan empat partai oposisi didirikan untuk menjatuhkan Barisan Nasional (BN) Pimpinan Datuk Seri Najib Tun Razak. Mahathir mengemukakan hal itu saat memperingati satu tahun Pemerintahan Pakatan Harapan di Pusat Konvensi Internasional Putrajaya (PICC), Kamis (9/5).
"Saya amat bersyukur karena dapat bersama hadirin sekalian untuk menyampaikan ucapan peringatan satu tahun pemerintahan Pakatan Harapan," katanya.
Kedua, ujar dia, negara Malaysia masih aman ketika umat Islam sedang menjalankan ibadah puasa dengan sempurna. "Saya juga bersyukur karena peralihan pemerintahan tidak dicemari kerusuhan atau terorisme walaupun upaya dilakukan untuk membelokkan keputusan pemilu," katanya.
Mahathir menambahkan, pihak yang berlainan pemikiran dan tujuan setuju bergabung karena semua sadar jika dipisah Pemerintah BN tidak mungkin dijatuhkan. "Jika mereka tidak dapat mengesampingkan hasrat masing-masing dan berusaha bersama menyelamatkan Malaysia dari pemerintah yang terkenal sebagai kleptokrasi, masa depan negara akan menjadi amat buruk dan rakyat akan terus menderita. Besar kemungkinan Malaysia akan menjadi apa yang dipanggil sebagai negara gagal," katanya.
Dia mengatakan keberhasilan menjatuhkan BN dan Najib dianggap mustahil oleh hampir semua orang termasuk pakar politik, akademisi, kolumnis media dan banyak lagi yang tidak memberi peluang langsung kepada Pakatan Harapan. "Dengan mandat yang diterima, Pemerintah Pakatan Harapan memulai langkah-langkah untuk memulihkan kembali negara tercinta ini," katanya.
Langkah-langkah pertama yang diambil ialah menyelidiki skandal 1MDB dan berusaha untuk memperoleh kembali uang yang dicuri, menegakkan undang-undang dengan mendakwa mereka yang menyalahgunakan kekuasaan dan menekan rakyat. "Mantan perdana menteri dan rekan-rekannya diajukan ke mahkamah. Institusi-institusi yang telah dirusak oleh pemerintahan sebelumnya termasuk Tabung Haji dan Felda dipulihkan kembali," katanya.