REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara (Korut) menembakkan dua rudal jarak pendek dalam tes kedua, Kamis (9/5). Latihan tersebut sebelumnya telah dilakukan dalam waktu kurang dari sepekan.
Amerika Serikat (AS) menyatakan telah merebut sebuah kapal kargo Korut saat ketegangan kembali meningkat antara kedua negara."Hubungan berlanjut, saya tahu mereka ingin bernegosiasi, mereka berbicara tentang negosiasi. Tapi saya pikir mereka tidak siap untuk bernegosiasi," kata Presiden AS Donald Trump.
Trump mengatakan, tidak ada yang senang dengan peluncuran, namun ia masih membuka pintu untuk pembicaraan lebih lanjut dengan Korut. Sementara Korea Selatan (Korsel) menyatakan tes itu mengkhawatirkan dan kemungkinan sebagai protes terhadap Trump
AS tidak memberikan tanda-tanda kesediaan melonggarkan sanksi. Pada Kamis Departemen Kehakiman AS mengumumkan penyitaan kapal kargo Korut yang disebut terlibat dalam pengiriman batubara ilegal.
Korut secara efektif menarik diri dari keterlibatan dengan Washington setelah pertemuan Hanoi antara pemimpinnya, Kim Jong-un dan Trump berakhir tanpa kesepakatan. Tidak ada persetujuan tentang tuntutan AS untuk pembongkaran program nuklir, dan tuntutan Kim dari hukuman sanksi yang dicapai.
Sekretaris Pertahanan AS, Patrick Shanahan mengatakan, AS akan terus fokus pada upaya diplomatik dengan Korut. "Kami akan tetap berpegang pada diplomasi kami dan seperti yang Anda semua tahu kami belum mengubah operasi atau postur kami dan kami akan terus menghasilkan kesiapan yang kami butuhkan jika diplomasi gagal," ucapnya kepada wartawan di luar Pentagon.
Korut secara resmi mengumumkan terkait rudal balistik antarbenua (ICBM), dan uji coba bom nuklir pada April tahun lalu. Trump menekankan rudal yang ditembakkan itu bukan jenis yang dapat mengancam AS.
Pertemuan Donald Trump dengan Kim Jong-un.
"Kami melihatnya dengan sangat serius sekarang. Mereka adalah rudal yang lebih kecil, mereka adalah rudal jarak pendek. Tidak ada yang senang tentang hal itu tetapi kita melihat dengan baik dan kita akan melihat," ujar Trump.
Kantor berita resmi Korut, KCNA, mengatakan Kim mengawasi latihan serangan tentara. Disebutkan perdamaian dan keamanan sejati negara hanya dijamin oleh kekuatan fisik kuat, yang mampu mempertahankan kedaulatannya.
"Rudal-rudal ini, apa pun itu, apa pun yang Anda ingin sebut mereka, mereka sangat kecil. Dan tidak ditujukan ke Jepang, tidak ditujukan ke Guam, mereka diarahkan ke pantai Korea Utara. Jadi itu adalah provokasi yang sangat non-provokatif, jika ada hal seperti itu," kata Kepala staf Gedung Putih, Mick Mulvaney.
Ia mengungkapkan, hubungan antara Kim dan Trump tetap baik, dan dia yakin akan ada lebih banyak pembicaraan dengan Korut. "Kami ingin pembicaraan tambahan," ujar Mulvaney.
Saat ditanya apakah AS menginginkan pertemuan puncak lagi, dia berkata, "Akhirnya? Ya, saya pikir kita lakukan, sambil menambahkan pada pertemuan puncak terakhir, Korut tidak benar-benar mau bernegosiasi," katanya.
Kurang dari sepekan yang lalu, Kim mengawasi uji coba penembakan beberapa roket, dan rudal. Itu merupakan uji coba rudal balistik pertama Korut sejak peluncuran ICBM pada November 2017. Saat itu dikatakan mampu memberikan hulu ledak di bagian mana saja di AS.