REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mengatakan Israel memiliki keinginan menghancurkan ekonomi Palestina. Menurut dia, hal itu tercermin dari kebijakan-kebijakan yang diambil Israel.
“Israel ingin menghancurkan dan menguras ekonomi Palestina, melalui pengurangan uang pajak dan dengan mencoba menarik lembaga perbankan yang beroperasi di Palestina ke dalam perang hukum yang mengarah ke likuidasi dan penutupan mereka,” ujar Shtayyeh, dikutip laman Israel National News, Jumat (10/5).
Terkait hal ini, dia meminta Bank Dunia menyelaraskan proyek-proyeknya dengan prioritas Otoritas Palestina. Dengan cara tersebut perekonomian nasional Palestina dapat ditingkatkan dan jumlah pengangguran bisa ditekan.
Israel telah mengambil kebijakan mengimbangi uang yang diberikan kepada para warga Palestina yang ditahan di penjara Israel dari pajak Otoritas Palestina. Setelah keputusan tersebut Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas menegaskan dia tidak akan menerima pembayaran sebagian dari transfer pajak yang terutang oleh Israel.
Sebelumnya Abbas juga telah menegaskan tidak akan menghentikan dukungan dana untuk para warga Palestina yang anggota keluarganya dipenjara atau dibunuh Israel. Dia menyebut dukungan dana tersebut vital dan tidak akan dihentikan dalam keadaan apa pun.
Terdapat sekitar 6.200 tahanan politik yang dipenjara oleh Israel. Sebanyak 300 di antaranya merupakan tahanan anak-anak. Kelompok hak asasi manusia kerap menyatakan keprihatinan mereka atas perlakuan buruk Israelterhadap anak-anak Palestina yang ditahan di penjaranya.