REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres melakukan kunjungan ke Selandia Baru, Ahad (12/5). Ia bertemu dengan Perdana Menteri Jacinda Ardern membicarakan salah satu masalah global, yaitu perubahan iklim.
Hal ini menjadi salah satu kemajuan dengan dorongan PBB terhadap isu global yang dalam beberapa waktu terakhir telah menjadi kekhawatiran utama Selandia Baru. Guterres mengakui nampaknya keinginan secara politik dunia untuk melawan perubahan iklim memudar. Padahal, di saat yang sama kondisi perubahan iklim semakin memburuk bagi mereka yang merasakan langsung dampaknya.
Karena itu, dalam kunjungan yang dijadwalkan berlangsung selama tiga hari itu, Guterres akan banyak menyoroti masalah perubahan iklim. Sebelumnya, Selandia Baru berencana mengeluarkan undang-undang mengenai perubahan iklim dan memiliki tujuan utama membuat negara itu memiliki sebagian besar netral karbon pada 2050.
Guterres memuji Ardern karena memperkenalkan undang-undang tersebut. UU itu dinilai dapat memberi sejumlah peluang bagi orang-orang yang berprofesi sebagai petani di Selandia Baru. Pemungutan suara atas rancangan undang-undang tentang perubahan iklim di negara itu diperkirakan akan dilakukan pada akhir 2019.
Selain membahas masalah perubahan iklim, kunjungan Guterres di Selandia Baru kali ini juga sangat istimewa. Ia dijadwalkan untuk pergi ke Christchurch dan bertemu dengan tokoh-tokoh Muslim di kota tersebut.
Guterres mengatakan dia biasanya berkunjung ke negara mayoritas Muslim selama Ramadhan yang telah dimulai sejak 6 Mei lalu. Namun, pada bulan suci tahun ini, ia memutuskan mengunjungi Muslim di Selandia Baru sebagai penghargaan atas keberanian mereka setelah terjadinya insiden penembakan brutal di dua masjid di Chirstchurch yang membuat setidaknya 50 jamaah tewas.
Guterres mengagumi solidaritas yang ditunjukkan Pemerintah Selandia Baru kepada warga minoritas Muslim di negara itu. Salah satunya dengan langkah mengubah undang-undang kontrol senjata serta meminta perusahaan teknologi mencegah tindakan ekstremisme ditampilkan secara daring.