REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih mengatakan, dua kapal tanker minyak Saudi menjadi sasaran dalam serangan sabotase di lepas pantai Fujairah yang menjadi bagian dari perairan Uni Emirate Arab (UEA). Falih mengatakan, sabotase tersebut dapat mengancam pasokan minyak global.
Salah satu dari dua kapal tersebut sedang dalam perjalanan yang memuat minyak mentah Saudi dari Pelabuhan Ras Tanura. Kapal tanker itu akan dikirim ke perusahaan minyak milik negara, Saudi Aramco di Amerika Serikat (AS).
"Serangan itu tidak menyebabkan korban atau tumpahan minyak tetapi menyebabkan kerusakan signifikan pada struktur kedua kapal," ujar Falih dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari kantor berita pemerintah, SPA, Senin (13/5).
Empat kapal komersial menjadi sasaran sabotase di dekat perairan teritorial UEA. Kementerian Luar Negeri UEA menyatakan, tidak ada korban dalam sabotase tersebut.
Insiden tersebut terjadi di Fujairah, salah satu pusat pelayaran kapal minyak terbesar di dunia yang terletak tepat di luar Selat Hormuz. Selat tersebut menjadi rute penting bagi pelayaran minyak dan gas global. Selain itu, Selat Hormuz merupakan selat yang memisahkan negara-negara Teluk dan Iran.
Kantor berita pemerintah, WAM melaporkan, sabotase tersebut menargetkan kapal komersial dan mengancam nyawa awak kapal mereka. Kementerian Luar Negeri UEA tidak menyebutkan detail rincian kapal yang disabotase tersebut. Insiden ini tidak mengakibatkan tumpahan minyak, dan UEA tidak menyalahkan negara atau pihak lain mana pun atas sabotase tersebut.