REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serkat (AS) Donald Trump mengatakan akan bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping bulan depan. Pertemuan itu akan dimanfaatkan untuk membahas perang dagang yang kembali terjadi antara kedua negara.
“Kami akan bertemu, seperti yang Anda tahu, di (pertemuan puncak) G-20 di Jepang dan itu, saya pikir, mungkin pertemuan yang sangat berguna,” ujar Trump saat berbicara di Gedung Putih, Senin (13/5).
Trump akan membahas perihal perang dagang dengan Xi. “Mungkin sesuatu akan terjadi,” ucapnya.
Menteri Luar Negeri Cina menilai pembicaraan antara negaranya dengan AS bukan jalan satu arah dan perlu dilakukan atas dasar keseteraan. “Tim negosiasi kedua negara memiliki kemampuan dan kebijaksanaan untuk menyelesaikan tuntutan yang wajar satu sama lain dan pada akhirnya mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan,” kata dia.
Sebelumnya, Trump mengatakan Cina akan sangat tersakiti jika tak membuat kesepakatan dagang dengan AS. “Saya mengatakan secara terbuka kepada Presiden (Cina) Xi Jinping dan semua teman saya di Cina bahwa Cina akan sangat tersakiti jika kalian tidak membuat kesepakatan, karena perusahaan akan dipaksa meninggalkan Cina untuk negara lain,” ujarnya melalui akun Twitter pribadinya.
Menurut Trump, Beijing sebenarnya memiliki kesepakatan yang bagus sebelumnya. “Anda memiliki kesepakatan yang baik, hampir rampung, dan Anda mundur,” ucapnya.
“Tak akan ada yang tinggal di Cina untuk berbisnis dengannya. Sangat buruk untuk Cina, sangat baik untuk AS. Tapi Cina telah mengambil banyak keuntungan dari AS selama bertahun-tahun, sehingga mereka jauh di depan (presiden kita tidak melakukan tugasnya),” kata Trump.
Pada Jumat pekan lalu, Trump menyebut Beijing melanggar kesepakatan perdagangan yang dicapai setelah serangkaian negosiasi dan pembicaraan dalambeberapa bulan terakhir. Terkait hal ini, Cina disebut ingin membatalkan komitmennya untuk mengubah undang-undang guna memberlakukan kebijakan baru tentang masalah perlindungan hak kekayaan intelektual hingga transfer teknologi secara paksa.
Setelah kejadian itu, Trump memutuskan menaikkan tarif impor bagi produk-produk Cina hingga senilai 200 miliar dolar AS. Dia telah memerintahkan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer untuk mulai mengenakan tarif pada semua impor yang tersisa dari Cina.
Kantor Perwakilan Dagang AS berencana menggelar dengar pendapat publik bulan depan mengenai kemungkinan bea hingga 25 persen untuk impor senilai lebih dari 300 miliar dolar dari Cina. Ponsel dan laptop akan terdaftar di dalamnya.