REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Uni Emirat Arab (UEA) akan menahan diri pasca-serangan tangker minyak di lepas pantai serta berkomitmen untuk melakukan penurunan ketegangan selama situasi sulit, Rabu (15/5).
Menteri Urusan Luar Negeri Anwar Gargash mengatakan tidak akan berspekulasi tentang siapa yang menjadi dalang operasi sabotase Minggu terhadap empat kapal, termasuk dua tangker milik Arab Saudi, di dekat pelabuhan Fujairah saat penyelidikan sedang berlangsung dan akan selesai dalam beberapa hari ke depan.
"Kita perlu memperhatikan kehati-hatian dan prasangka baik. Mudah untuk melemparkan tuduhan namun situasinya sulit, ada beberapa isu serius dan di antaranya perilaku Iran," kata dia, menyebutkan kekhawatiran tentang kebijakan regional dan rudal milik Iran.
Iran berupaya mengelak dari serangan di pelabuhan Fujairah, salah satu pusat bungker terbesar di dunia yang berada di luar Selat Hormuz. Sejumlah badan keamanan nasional AS meyakini proksi yang bersimpati atau bekerja untuk Iran berpotensi menjadi dalang di bailk serangan tersebut.
Gargash menuturkan serangan terhadap tangker minyak terjadi di wilayah perairan Uni Emirat Arab namun menolak berkomentar mengenai apakah produsen OPEC dan pusat perdagangan regional meningkatkan keamanan pasca-insiden tersebut.