REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Para pejabat menyatakan, perwakilan dari pemerintah Venezuela dan oposisi melakukan perjalanan ke Norwegia untuk pembicaraan mengenai penyelesaian krisis, Rabu (15/5). Ini membuka babak baru dalam kebuntuan politik setelah berbulan-bulan demonstrasi jalanan.
Dilansir di Time, Kamis (16/5), perkembangan itu tampaknya mencerminkan pengakuan tidak ada pihak yang mampu menang dalam perebutan kekuasaan. Kondisi ini membuat Venezuela dalam keadaan lumpuh setelah bertahun-tahun mengalami hiperinflasi, kekurangan makanan, dan obat-obatan.
Anggota senior kedua belah pihak akan terlibat dalam diskusi di Oslo. Delegasi dari dua kubu yang berseberangan telah menerima undangan terpisah dari sekelompok orang Norwegia.
Perwakilan termasuk Menteri Informasi, Jorge Rodriguez di pemerintah dan anggota terkemuka Majelis Nasional, Stalin Gonzalez. Presiden Venezuela Nicolas Maduro tidak secara langsung mengomentari pembicaraan selama pidato yang disiarkan televisi. Akan tetapi dia mengatakan Rodriguez berada di misi yang begitu penting di luar Venezuela.
Pembicaraan itu meredam spekulasi Amerika Serikat (AS) mungkin mempertimbangkan tindakan militer sebagai cara untuk mengakhiri krisis dalam waktu dekat. Para pejabat AS sebelumnya menyatakan mereka fokus pada langkah-langkah diplomatik dan ekonomi untuk mengusir Maduro.
Kedua belah pihak saat ini terpisah jauh dalam banyak masalah. Oposisi bersikeras Maduro terpilih secara tidak sah tahun lalu. Sementara Maduro menuduh oposisi sebagai antek AS yang berniat merebut kekuasaan secara ilegal.
Dialog Norwegia muncul saat sebagian besar kelompok negara-negara Eropa bersiap untuk mengirim delegasi tingkat tinggi ke Venezuela. Ini untuk mengusulkan solusi bagi krisis negara yang berkepanjangan. International Contact Group terdiri dari delapan negara Eropa, Uni Eropa dan empat negara Amerika Latin.
Oposisi menyatakan kondisi ekonomi Venezuela yang buruk adalah hasil dari korupsi, dan kesalahan manajemen selama bertahun-tahun. Sementara Maduro menyalahkan masalah negara pada sanksi AS yang diberlakukan baru-baru ini.
Pada Rabu, Amerika menangguhkan semua penerbangan penumpang, dan kargo komersial antara AS dan Venezuela. Mereka menyatakan kerusuhan politik, dan ketegangan di sana menimbulkan risiko bagi penerbangan.
Pengumuman oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri memengaruhi berkurangnya jumlah penerbangan antara kedua negara. Hal ini mencerminkan hubungan yang semakin buruk antara pemerintah Venezuela, dan AS.