Jumat 17 May 2019 09:14 WIB

Iran Bersiap untuk Perang Proksi

Konflik proksi diperkirakan dapat meluas ke dalam bentrokan langsung antara AS-Iran.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Pasukan militer elite Iran, Garda Revolusi Iran (IRGC).
Foto: AP Photo/Ebrahim Noroozi
Pasukan militer elite Iran, Garda Revolusi Iran (IRGC).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin militer Iran belum lama ini telah bertemu dengan militer Irak di Baghdad. Dalam pertemuan tersebut, militer Iran mengatakan mereka bersiap untuk perang proksi.

Dua sumber intelijen senior mengatakan, pemimpin pasukan Quds Iran, Qassem Suleimani telah memerintahkan milisi di bawah kepemimpinan Teheran pada tiga pekan lalu. Suleimani telah bertemu dengan para pemimpin berbagai kelompok Syiah Irak selama lima tahun terakhir.

Baca Juga

Langkah untuk memobilisasi sekutu regional Iran muncul karena kekhawatiran kepentingan Washington di Timur Tengah dapat menjadi ancaman yang mendesak. Pertemuan antara militer Iran dan Irak membuat AS mengevakuasi staf diplomatik dari kedutaannya di Baghdad dan Erbil.

Penarikan tersebut menyusul meningkatnya status ancaman di pangkalan-pangkalan AS di Irak. Konflik proksi diperkirakan dapat meluas ke dalam bentrokan langsung antara Washington dan Teheran.

Sumber intelijen mengatakan, para pemimpin semua kelompok milisi yang berada di bawah payung Popular Mobilisation Units (PMU) Irak hadir dalam pertemuan dengan Suleimani. Sebagai kepala pasukan elite Quds, Suleimani memainkan peran penting dalam arahan strategis dan operasi besar milisi.

Selama 15 tahun terakhir, dia telah menjadi power broker paling berpengaruh di Iran, Irak dan Suriah. Dia juga memimpin upaya Teheran mengonsolidasikan kehadirannya di kedua negara dan mencoba membentuk kembali wilayah tersebut sesuai keinginannya.

Pemerintahan Trump tetap mewaspadai milisi Irak. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt, memiliki penilaian yang sama dengan AS bahwa ancaman Teheran meningkat.

"Kami memiliki penilaian yang sama tentang ancaman tinggi yang ditimbulkan oleh Iran. Kami bekerja sama dengan AS," ujar Hunt dalam akun Twitter-nya, dilansir The Guardian, Jumat (17/5).

Awal pekan ini, seorang jenderal Inggris menantang klaim pemerintahan Trump bahwa ada peningkatan ancaman dari Iran. Hal ini dapat menciptakan perpecahan publik yang terkadang disebabkan oleh sifat kebijakan regional Trump yang tidak menentu. Di sisi lain, AS telah memerintahkan kelompok pertempuran laut dan satu skuadron B-52 ke kawasan itu, sebagai tanggapan atas ancaman yang meningkat.

Duta Besar Teheran untuk PBB, Majid Takht-e Ravanchi, mengatakan kepada media AS NPR bahwa Iran tidak tertarik meningkatkan ketegangan regional. Tetapi mereka memiliki hak mempertahankan diri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement