Jumat 17 May 2019 09:29 WIB

Seorang Dokter di Prancis Diduga Racuni Pasien Saat Operasi

Dokter tersebut dicurigai menyuntikkan kalium klorida untuk memicu gagal jantung.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi dokter
Foto: reuters
Ilustrasi dokter

REPUBLIKA.CO.ID, STRASBOURG -- Seorang ahli anestesi di kota Besancon, Prancis timur, Frederic Pechier diduga meracuni pasien selama operasi untuk memicu gagal jantung. Pasien tersebut kemudian meninggal dunia. Dia dituduh telah melakukan malpraktik.

Jaksa Besancon, Etienne Manteaux mengatakan kepada wartawan, hakim penyelidik menemukan bukti yang menghubungkan Pechier dengan 24 dari 66 insiden mencurigakan yang terjadi selama proses bedah di klinik tempat dia bekerja.

Baca Juga

"Pechier muncul sebagai denominator umum untuk peristiwa serius ini yang tampaknya terkait dengan konflik akut dengan ahli anestesi atau ahli bedah lain di klinik Saint-Vincent,” kata Manteaux, Jumat (17/5).

Dia menambahkan Pechier dicurigai menyuntikkan kalium klorida atau obat bius selama operasi. Manteaux menyatakan, kasus tersebut didasarkan pada bukti langsung.

Dokter berusia 47 tahun itu membantah melakukan kesalahan, tetapi jaksa telah meminta agar dia ditahan sebelum persidangan. Pechier diperkirakan akan menghadapi hukuman seumur hidup.

 "Tuduhan itu terletak pada unsur yang sesuai," kata Manteaux

Pechier kerap menangani resusitasi pasien setelah gagal jantung yang mencurigakan. Jaksa mengatakan, beberapa rekan dokter curiga Pechier memberikan anestesi melebihi dosis. Pechier adalah satu-satunya dokter yang hadir dalam semua insiden di mana jejak racun ditemukan atau ketika ada diagnosis overdosis.

"Insiden lebih banyak selama periode konflik intens antara Pechier dan rekan-rekannya," kata Manteaux.

Pechier mengakui tindakannya tersebut dilakukan di klinik. Tetapi dia mengatakan tidak bertanggung jawab atas mereka.

"Dokter Pechier menolak semua tuduhan yang diajukan kepadanya. Kami menantang siapa pun untuk menunjukkan bukti kepada kami," kata pengacara Pechier, Randall Schwerdorffer kepada wartawan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement