Pengusaha kurma di tanah air berharap Indonesia, sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, juga bisa menjadi negara penghasil buah kurma tropis di masa depan.
Budidaya kurma tropis di Indonesia:
- Kurma tropis mulai gencar dibudidayakan di Indonesia sejak satu dekade terakhir
- Pohon kurma tumbuh subur di Indonesia namun dipanen sebagai kurma segar dengan tingkat kematangan hanya sampai halal (ruthob)
- Thailand telah menjadi pioner budidaya kurma tropis di Asia Tenggara
Budidaya kurma tropis di Indonesia mulai diminati sejak sekitar satu dekade terakhir.
Ada perkebunan kurma yang berskala besar seperti di Pasuruan, Jawa Timur, Riau, dan Nangroe Aceh Daarussalam, hingga ke kebun kurma di lahan-lahan milik warga.,
Beberapa pemilik kini sudah mulai menikmati manisnya laba dari tandan buah kurma yang mereka tanam, dengan potensi keuntungan bisa mencapai ratusan juta setiap tahunnya.
Seperti pengakuan Gun Istiaris, pemilik kebun kurma Maisarah di Tambun, Bekasi, Jawa Barat. Lelaki kelahiran Yogyakarta ini mengaku tandan buah kurma segar dari kebunnya selalu habis diburu peminat.
Menurutnya satu pohon bisa menghasilkan 10 tandan kurma pada panen pertama, dengan rata-rata berat per tandan mencapai 2 kilogram.
"Jadi satu pohon saja bisa dapat 70-80 juta per tahun," ujar Gun kepada ABC Indonesia.
"Sementara pohon kurma ini sepanjang tahun berbuah dan mampu tahan sampai umur 100 tahun. Kita sudah mati, anak cucu kita nanti masih bisa menikmatinya." tuturnya bersemangat.
Bermula hanya dari menanam kurma di halaman belakang rumahnya seluas 70 meter pada akhir 2012 lalu, kini Gun Istiaris telah memiliki kebun kurma seluas lebih dari 1.000 meter persegi di Tambun, Bekasi.
Menurut Gun, karena iklim di Indonesia yang tidak terlalu kering membuat kurma yang dipanen hanya pada tahap matang saja, tidak sampai pada tingkat kematangan penuh, atau tamar, dengan warna kecokelatan yang dijumpai di pasaran.
Namun kurma muda, yang dikenal dengan istilah rutab, justru memiliki nilai tambah, karena harganya lebih tinggi.
"Permintaannya juga sangat banyak, bahkan melebihi penawaran. Banyak orang cari untuk program hamil atau untuk konsumsi buah segar."
Kebun kurma miliknya juga dijadikan tujuan wisata, dimana pengunjungnya bisa merasakan sensasi memetik kurma dari pohonnya, asalkan membayar Rp 400 ribu untuk memetik sendiri 1 kilogram kurma langsung dari pohonnya.
Citra tumbuhan padang pasir
Meski terbukti mampu tumbuh dengan subur, membudidayakan buah dengan nama latin 'Phoenix dactylifera' di negara tropis ini memiliki tantangan terbesar, yakni perbedaan iklim.
"Tahun ini, bulan April - Mei itu biasanya pohon kurma saya sudah berbuah. Tapi karena curah hujan masih cukup tinggi, pohon saya belum berbuah," ujarnya yang berharap pohonnya akan kembali berbungga setelah tidak hujan.
Di luar isu curah hujan yang tinggi tahun ini, Gun Istiaris menilai tanah di Indonesia sangat cocok untuk tanaman kurma.
"Kita harus mengubah perspektifnya, kalau di gurun aja bisa tumbuh, apalagi di Indonesia. Semua tanaman pada dasarnya senang dengan kondisi tanah yang mengandung unsur hara yang tinggi seperti di Indonesia dan banyak terdapat sumber air."
"Ketika kita berkebun kurma nomor satu itu air, kalau tidak ada air, pohonnya mandul," tambahnya
Menanam demi keberkahan dan pahala
Sementara Muhammad Karyadi Syafi'I, seorang petani kurma dari Barbate, Nangroe Aceh Daarussalam, salah satu kawasan yang mengklaim memiliki perkebunan kurma terluas di Asia Tenggara mengaku tertarik menanam kurma karena ketahanannya terhadap cuaca.
"Kurma itu tanaman yang paling tahan terhadap segala cuaca, badai kemarau panjang. Dia bisa simpan air dan banyak manfaatnya juga kita tanam kurma. Kalau tidak berbuah, macam pohon jantannya itu bisa kita ambil air niranya."
Namun menurutnya motivasi utama seseorang yang hendak membudidayakan kurma seharusnya adalah untuk mencari keberkahan dari buah yang diistimewakan dalam ajaran Islam ini.
"Kita menanam kurma itu karena sesuai dengan ajaran Islam. Di dalam Al Qur'an ada 20 ayat tentang kurma, tentang faedah dan khasiat kurma," jelas Muhammad Syafi.
"Dalam Hadist Nabi Muhammad juga kita umat Islam disuruh menanam kurma," katanya.
Pandangan serupa juga dikemukakan Gun Istiaris, yang menilai menanam kurma harus dilandasi dengan motivasi keimanan yang kuat, tidak hanya bisnis semata.
"Kalau hitungannya bisnis saja pasti gagal, tapi kalau menanam kurma karena Allagh, In Sha Allah sukses," katanya.
"Karena dalam hadist dikatakan akan dijamin tidak akan kelaparan jika di suatu keluarga ada yang menanam pohon kurma."
Berharap dukungan pemerintah
Budidaya kurma tropis di Indonesia memang tertinggal jauh jika dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Thailand, yang sudah lama menjadi pioneer budidaya kurma tropis di Asia Tenggara, bahkan dunia.
Thailand kini menjadi raja pasar kurma tropis dengan dua jenis kurma andalan mereka yakni Barhee dan KL-1 atau Kolak One.
Berkaca dari keberhasilan Thailand, Gun Istiaris berharap industri kurma di dalam negeri juga bisa berkembang pesat seperti di Thailand dan mendapat dukungan yang lebih dari pemerintah.
"Indonesia harus mencontoh Thailand, mereka itu bisa maju industri kurmanya karena petaninya dibantu mulai dari bibit, penyediaan lahannya, pupuknya itu semua dibantu," jelasnya.
"Kita disini belum, Padahal kita iklimnya sama dengan Thailand, jadi kalau Thailand bisa, kita juga harusnya bisa," katanya.
Harapan serupa juga disampaikan oleh Muhammad Syafi, yang menurutnya, kawasan Barbate di Aceh memiliki kebun kurma seluas lebih dari 600 hektar dengan perkiraan akan menghasilakn ribuan ton dalam waktu beberapa tahun lagi.
"Sekarang pemerintah setempat memang sudah kasih aliran listrik, tapi nanti kalau sudah full produksi bisa ribuan ton jadi kami juga butuh fasilitas penyimpanan juga," jelasnya.
"Inginnya juga kawasan di sekitar ini dibuat pasar yang menjual berbagai macam produk turunan kurma, seperti kue kurma, kopi kurma ... perlu dikelola intinya, karena sekarang saja sudah banyak warga datang kemari berwisata," katanya.
Kehadiran kebun-kebun kurma di dalam negeri juga diharapkan dapat mengurangi Indonesia dari ketergantungan impor kurma.
Sebagai negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia, tingkat konsumsi kurma di Indonesia terus meningkat, khususnya menjelang Ramadan.
Sepanjang tahun 2019 saja, Badan Pusat Statistik mencatat Indonesia sudah mengimpor buah kurma segar dan kering dengan total nilai mencapai AS$ 19 juta dollar.
Buah korma tersebut umumnya dipasok dari Mesir dan Arab Saudi.