REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI - Surat kabar Partai Komunis Cina menyebut Amerika Serikat telah 'mengarang' tuduhan. Tuduhan tersebut antara lain Cina memaksa perusahaan untuk menyerahkan teknologi dalam pertukaran untuk akses pasar.
Cina mengumumkan pekan ini bahwa pihaknya akan membalas terhadap langkah Washington untuk menaikkan tarif impor Cina senilai 200 miliar dolar AS. Hal ini di tengah keluhan bahwa Beijing kurang memberi tanggapan untuk menghilangkan kekhawatiran AS tentang pencurian kekayaan intelektual dan pemindahan teknologi secara paksa ke perusahaan-perusahaan Cina.
People's Daily mengatakan dalam tajuk rencana bahwa Cina tidak pernah memaksa perusahaan AS untuk menyerahkan teknologi. Klaim itu adalah argumen kuno yang digunakan oleh beberapa orang di Amerika Serikat untuk menekan perkembangan Cina.
“Argumen A.S. tentang 'transfer teknologi secara paksa' dapat digambarkan sebagai dibuat dari udara yang tipis,” katanya. Amerika Serikat belum dapat memberikan bukti untuk mendukung klaim tersebut, kata editorial itu.
Dikatakan bahwa Amerika Serikat mendapat manfaat besar dari kerja sama teknologi sukarela, menghasilkan 7,96 miliar dolar AS biaya penggunaan kekayaan intelektual pada tahun 2016 saja. Kepanikan Washington disebabkan oleh kemampuan penelitian dan pengembangan Cina yang berkembang pesat, kata surat kabar itu.
Perselisihan yang semakin sengit antara dua ekonomi top dunia telah mengguncang investor dan mengguncang pasar global. AS mengatakan negosiasi kemungkinan akan dilanjutkan dalam waktu dekat, tetapi Cina mengatakan belum ada tanggal pasti yang ditetapkan dan Washington perlu menunjukkan ketulusan dalam setiap putaran pembicaraan baru.
Kantor berita negara Xinhua menuduh AS mengejar hegemoni global dalam editorial terpisah yang diterbitkan pada Sabtu dan mengatakan Washington akan lebih menderita karena perang dagang habis-habisan daripada Cina.
"Faktanya, dibandingkan dengan Cina, AS lebih bergantung pada pasar eksternal dan hubungan ekonomi internasional, dan lebih rentan terhadap guncangan ekonomi global," kata Xinhua.
"Jika AS terus-menerus menyulut perselisihan perdagangan, hal itu tentu akan mempengaruhi pasar global, dan konsekuensinya akan pasti akan mengalami kerugian yang lebih besar," tambahnya.