Ahad 19 May 2019 05:35 WIB

Paus Beri Penghormatan kepada Jurnalis di Seluruh Dunia

Kebebasan media merupakan indikator utama dalam kesehatan suatu negara.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Andri Saubani
Paus Fransiskus
Foto: EPA-EFE/CIRO FUSCO
Paus Fransiskus

REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN – Paus Fransiskus memberikan penghormatan dan penghargaan kepada para jurnalis di seluruh dunia yang meninggal saat bertugas. Paus Fransiskus menyebut, kebebasan media merupakan indikator utama dalam kesehatan suatu negara.

“Kebebasan pers dan berekspresi merupakan indikator penting dari kesehatan suatu negara. Jangan lupa, bahwa salah satu hal pertama yang dilakukan kepemimpinan diktaktor adalah menghilangkan kebebasan pers atau menyembunyikannya,” kata Paus dalam pidatonya kepada Asosiasi Pers Asing (FPA) di Italia, Sabtu (18/5).

Namun, pemimpin gereja Katolik sedunia itu tidak menyebutkan negara manapun dalam pidatonya tersebut. Di hadapan sekitar 400 anggota media asing dan keluarga mereka yang hadir dalam pertemuan itu, Paus Fransiskus juga mengajak para jurnalis untuk menghindari berita palsu dan terus melaporkan mengenai keadaan masyarakat yang menjadi korban kekerasan maupun penindasan. Meskipun, kata dia, hal itu tidak lagi menjadi topik utama di berbagai media. Secara khusus ia menyebut warga Rohingya dan Yazidi.

“Kami membutuhkan jurnalis yang berada di pihak para korban, di pihak yang dianiaya, dikucilkan, disingkirkan, dan didiskriminasi. Saya mendengar statistik tentang rekan-rekan anda yang terbunuh saat menjalankan pekerjaan mereka dengan keberanian dan dedikasi di begitu banyak negara untuk melaporkan apa yang terjadi dalam perang dan situasi dramatis lainnya, di mana begitu banyak saudara dan saudari kita yang hidup,” ujar dia.

Ia meminta media untuk tidak kehilangan minat pada tragedi maupun peristiwa yang tidak lagi menjadi berita utama (headline). “Siapa yang berbicara Rohingya hari ini? Siapa yang bicara tentang Yazidi hari ini? Mereka telah dilupakan dan mereka terus menderita,” sambungnya.

Selain itu, Paus Fransiskus mengatakan, jika media menemukan kasus pelecehan seksual dalam gereja Katolik Roma, maka ia mempersilakan media untuk menyelidiki kasus tersebut. ”Gereja menghargai anda (sebagai jurnalis), juga ketika Anda meletakan jari Anda pada luka, bahkan jika lukanya berada di komunitas gereja,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement