Senin 20 May 2019 06:02 WIB

Rusia: Pasukan Suriah Hentikan Tembakan di Idlib

Pasukan pemerintah berhenti menembak pada tengah malam.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Asap membumbung setelah serangan udara pasukan Suriah dan Rusia mengenai kota al-Habeet, selatan Idlib, Suriah, Ahad (19/5).
Foto: Syrian Civil Defense White Helmets via AP, File
Asap membumbung setelah serangan udara pasukan Suriah dan Rusia mengenai kota al-Habeet, selatan Idlib, Suriah, Ahad (19/5).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia mengumumkan pasukan pemerintah Suriah secara sepihak menghentikan tembakan di provinsi Idlib utara, markas besar pemberontak terakhir, Ahad (19/5) waktu setempat. Aktivis oposisi melaporkan penembakan dan serangan udara terus terjadi.

Dalam sebuah pernyataan singkat pada Ahad, Pusat Rekonsiliasi Pertempuran Kementerian Pertahanan Rusia di Suriah mengatakan, pasukan pemerintah berhenti menembak pada tengah malam. Hal itu menandakan sebagai langkah sepihak, tetapi tidak memberikan perincian lebih jauh soal hal itu.

Baca Juga

Media Militer Sentral Suriah yang pro-pemerintah mengatakan, pasukan pemerintah menanggapi penembakan oleh militan pada Ahad di tepi Idlib. Meski, pernyataan itu tidak memberikan rincian lebih lanjut juga.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang bermarkas di Inggris yang merupakan kelompok pemantau perang oposisi melaporkan, terjadi serangan udara di kota Khan Sheikhoun dan menimbulkan korban. Pertahanan Sipil Suriah dari oposisi juga melaporkan penembakan di dekat kota Jisr al-Shughour tanpa melaporkan adanya korban.

Pertempuran kembali berkobar di Idlib akhir bulan lalu, yang secara efektif menghancurkan gencatan senjata yang dinegosiasikan oleh Rusia dan Turki sejak September. Rusia diketahui dengan tegas mendukung pemerintahan Presiden Suriah Bashar Assad dalam perang saudara delapan tahun, sedangkan Turki mendukung oposisi.

Pasukan pemerintah Suriah mengintensifkan serangan mereka pada 30 April di Idlib. Daerah tersebut merupakan rumah bagi sekitar tiga juta orang, banyak di antaranya mengungsi secara internal. Sedangkan, kekerasan terakhir juga membuat sekitar 180 ribu orang di daerah-daerah yang dikuasai pemberontak.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement