REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Menteri Perminyakan Irak Thamer Ghadhban mengatakan keputusan Exxon Mobil mengungsikan staf asingnya dari ladang minyak Qurna Barat 1 di Irak Selatan, Sabtu (18/5) tak bisa diterima dan tak bisa dibenarkan.
"Penarikan pegawai, meskipun jumlah mereka sedikit, untuk sementara tak ada kaitannya dengan situasi keamanan atau ancaman di ladang minyak di Irak Selatan, tapi itu memiliki alasan politik," kata Ghadhban di dalam satu pernyataan, Ahad (19/5).
Exxon Mobil menarik semua staf asingnya sebanyak 60 orang. Exxon Mobil memiliki kontrak jangka panjang untuk meningkatkan ladang minyak atas nama Perusahaan Minyak Selatan negara Irak.
Pengungsian tersebut dilakukan cuma beberapa setelah Amerika Serikat menarik staf tidak penting dari kedutaan besarnya di Ibu Kota Irak, Baghdad. Tindakan itu diduga dilakukan karena kekhawatiran mengenai dugaan ancaman dari Iran. Iran yang memiliki hubungan erat dengan milisi Syiah Irak.
Ghadhban mengatakan ia mengirim surat kepada Exxon Mobil untuk meminta perusahaan tersebut segera kembali bekerja di ladang minyak Irak Selatan, sebelum pertemuan dengan pejabat pelaksana perusahaan pada akhir pekan. Produksi di ladang minyak itu tidak terpengaruh oleh pengungsian tersebut dan pekerjaan berjalan normal
Kepala Perusahaan Minyak Selatan, milik negara Irak, yang memiliki ladang minyak itu, Ihsan Abdul Jabbar mengatakan produksi di ladang minyak diawasi oleh para insinyur Irak. Ia menambahkan produksi tetap sebanyak 440 ribu barel per hari.