REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali melayangkan ancaman kepada Iran pada Ahad (19/5). Ancaman tersebut semakin meningkatkan ketegangan di wilayah Teluk.
“Jika Iran ingin pertempuran, itu akan menjadi akhir resmi Iran. Jangan pernah mengancam AS lagi,” kata Trump melalui akun Twitter pribadinya.
Sebelumnya, Komandan Korps Garda Revolusi Iran Mayor Jenderal Hossein Salami mengatakan siap menghadapi segala ancaman yang ditujukan padanya. “Iran tak mencari perang, tapi siap menghadapi segala kemungkinan ancaman,” ujar Salami saat berbicara di sebuah upacara yang dihadiri pejabat senior Garda Revolusi Iran di Teheran.
Terkait hal ini, dia menyinggung tentang ancaman yang sedang dilakukan AS terhadap negaranya. AS telah mengutus kapal induk USS Abraham Lincoln dan pesawat pengebom B-52 ke Teluk Persia.
Menurut Salami, kendati mengerahkan armada militer, terlibat dalam konflik seperti itu tidak menjadi kepentingan AS. “Perbedaan antara kami dan mereka adalah mereka takut perang dan tidak memiliki keinginan tersebut,” ucapnya.
Dia berpendapat, saat ini Iran dan AS sedang terlibat dalam perang intelijen. “Ini berarti kombinasi dari operasi psikologis dan siber, gerakan militer, diplomasi publik, dan intimidasi,” ujar Salami.
AS diketahui sedang memaksa Iran merundingkan kembali kesepakatan nuklir yang tercapai pada 2015. Iran telah menyatakan tak akan bernegosiasi dengan AS. Alih-alih manut kepada desakan AS, Iran justru menangguhkan sebagian keterikatannya dalam kesepakatan nuklir. Ia mengklaim tak lagi memiliki batasan untuk melakukan pengayaan uranium.