REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI – Proses pemungutan suara dalam pemilu India telah usai pada Ahad (19/5). Partai Perdana Menteri Narendra Modi, yakni Bharatiya Janata Party (BJP) diprediksi keluar sebagai pemenang.
Pemilu India digelar secara bertahap sejak April lalu. Proses pemungutan suara dilakukan gradual, yakni pada 11, 18, 23, dan 29 April, kemudian dilanjutkan pada 6, 12, dan 19 Mei. Lebih dari 8.000 kandidat bersaing memperebutkan 543 kursi majelis rendah parlemen atau Lok Shaba.
Beberapa jajak pendapat yang dirilis media India pada Ahad memperkirakan BJP akan kehilangan kursi. Namun dengan koalisi yang dipimpinnya, yakni National Democratic Alliance (NDA), BJP diprediksi masih akan mengamankan mayoritas kursi di Lok Shaba.
Dilaporkan laman Aljazirah, jajak pendapat yang dirilis CVoter menunjukkan bahwa NDA diproyeksikan memperoleh 287 kursi. Sementara koalisi oposisi, United Progresive Alliance (UPA) yang dipimpin Congress Party, diprediksi mendapatkan 128-132 kursi.
Survei yang dirilis stasiun televisi Times Now, memperkirakan NDA akan memperoleh 306 kursi, sementara UPA 142 kursi. Stasiun televisi Sudarshan News, memproyeksikan NDA mendapatkann 313 kursi dan UPA 121 kursi.
Kemudian survei News18India-IPSOS menunjukkan bahwa NDA berpeluang meraih 336 kursi, sedangkan UPA hanya 82 kursi. Poling Neta NewsX memperlihatkan bahwa NDA hanya akan mendapatkan 272 kursi.
Untuk memimpin pemerintahan, sebuah partai harus mendapatkan dukungan dari 272 anggota parlemen. Tokoh-tokoh oposisi telah menyatakan menolak hasil survei yang telah dirilis. Menteri Benggala Barat Mamata Banerjee, misalnya, menegaskan tak mempercayai hasil lembaga survei. “Gim ini merencanakannya untuk memanipulasi atau mengganti ribuan EVM (mesin pemungutan suara elektronik) melalui gosip ini. Saya mengimbau semua partai oposisi untuk bersatu, kuat, dan berani. Kami akan bertarung bersama ini,” ujarnya, dikutip laman BBC.
Pemimpin Congress Party Rahul Gandhi melayangkan kecaman terhadap komisi pemilihan India. Dia mengklaim bahwa koalisinya telah dicurangi. Namun, belum diketahui apakah Gandhi akan menggugat hasil pemilu.
Sejak masa kampanye, Gandhi dan koalisinya rajin menyerang pemerintahan Modi. Dia menuduh Modi mengambil kebijakan yang memecah-belah, mengabaikan perekonomian, dan mencampakkan kaum tani dalam kesusahan. Namun, hal itu tampaknya tak terlalu berhasil menggiring masyarakat India agar memilih partai-partai di koalisinya.
Sementara itu, pendiri CVoter Yashwant Desmukh mengungkapkan, penanganan eskalasi dengan Pakistan menjadi salah satu faktor mengalirnya dukungan terhadap BJP dan Narendra Modi. Hal itu dikonfirmasi sejumlah warga yang memilihnya, salah satunya warga Mumbai, Anjali Tivari.
“Untuk pertama kalinya saya memilih Narendra Modi karena saya menyukai apa yang telah dia lakukan terhadap Pakistan. Saya terkesan, dia memberikan jawaban yang tepat untuk Pakistan,” ujarnya.
India dan Pakistan memang sempat terlibat perselisihan dan ketegangan. Hal itu dipicu oleh serangan bom bunuh diri di Pulwama, Kashmir, pada pertengahan Februari lalu. Serangan tersebut menyebabkan 44 anggota militer India tewas.
India menuding Pakistan terlibat dalam merencanakan serangan itu. Namun, Islamabad membantah dan menyebut tuduhan India tak berdasar. Tak lama setelah insiden tersebut, Angkatan Udara India sempat melancarkan serangan udara ke dekat Garis Kontrol Kashmir (LoC) yang menjadi perbatasan de facto kedua negara.
Dua jet tempur India ditembak jatuh oleh Pakistan karena dianggap telah melintasi LoC dan melanggar wilayah udara mereka. Pakistan kemudian menahan seorang pilot India yang diketahui sebagai Komandan Wing Abhinandan. Sebagai, iktikad untuk tak memperburuk situasi, Pakistan kemudian memulangkan pilot tersebut.
Rangkaian peristiwa itu telah membangkitkan semangat patriotik di kalangan masyarakat India. Di sisi lain, hal tersebut memberi keuntungan politik bagi Modi.
Hasil penghitungan resmi pemilu India akan rilis pada 23 Mei. Para analis telah memperingatkan bahwa hasil survei dan resmi kerap memiliki perbedaan signifikan.