REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pemerintah Israel dilaporkan telah mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan kelompok Hamas. Periode gencatan senjata berlangsung selama enam bulan.
“Hamas dan Israel menyetujui enam bulan gencatan senjata kesepahaman. Kesepakatan itu segera berlaku,” kata media Israel, Channel 12, dalam laporannya, Senin (20/5), dikutip laman Anadolu Agency.
Channel 12 menyebut Hamas setuju mengakhiri bentrokan dengan tentara Israel di dekat zona penyangga Gaza-Israel. “Hamas juga setuju menjaga jarak 300 meter dari pagar keamanan dan untuk mengakhiri (aksi) protes malam hari,” katanya.
Atas dasar itu, Israel setuju memperluas zona penangkapan ikan Gazebo menjadi 15 mil laut. Tel Aviv pun menjamin proses penyaluran distribusi obat-obatan dan bantuan sipil lainnya ke Gaza.
Namun, juru bicara Hamas Fawzi Barhoum membantah ketentuan gencatan senjata tersebut. “Gencatan senjata antara (kelompok) perlawanan Palestina dan pendudukan adalah sebagai imbalan atas komitmen Israel menerapkan semua kesepahaman,” ujarnya.
Hamas dan Jihad Islam terlibat pertempuran dengan militer Israel. Peperangan itu disebut merupakan yang terburuk sejak konflik Gaza pada 2014 yang menyebabkan ribuan warga Palestina tewas.
Hamas dan Jihad Islam meluncurkan ratusan roket ke wilayah Israel. Tel Aviv membalasnya dengan melancarkan serangan udara ke Gaza. Sebanyak 25 warga Palestina dan empat warga Israel tewas dalam pertempuran terbaru.
Kedua belah pihak menghentikan pertempuran setelah Mesir melakukan mediasi guna mencapai gencatan senjata. Kendati perundingan dilaporkan berlangsung alot, namun kesepakatan dapat tercapai.
Sejak Maret 2018, situasi di Gaza, khususnya di dekat perbatasan dengan Israel telah memanas. Hal itu dipicu oleh digelarnya aksi Great March of Return oleh warga Palestina di sana.
Dalam aksi itu mereka menuntut Israel mengembalikan lahan dan tanah yang didudukinya pasca-Perang 1967 kepada para pengungsi Palestina. Selain itu warga Palestina juga menyuarakan protes atas keputusan AS memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem.
Namun, aksi demonstrasi yang berlangsung di sepanjang perbatasan Gaza-Israel itu direspons secara represif oleh Israel. Mereka menembaki para demonstran dengan peluru tajam. Lebih dari 200 warga Palestina tewas selama aksi Great March of Return dilaksanakan.