REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Seorang panglima Garda Revolusi Iran menyebut Amerika Serikat dan para pendukungnya tidak berani menyerang Iran secara langsung. Ia beralasan AS dan sekutunya tak memiliki semangat perlawanan seperti Iran.
Ketegangan telah meningkat antara Iran dan AS setelah Washington mengerahkan tambahan pasukan militer ke Timur Tengah, termasuk kapal induk pengangkut pesawat B-52 dan peluru-peluru kendali Patriot, untuk unjuk kekuatan terhadap apa yang dikatakan para pejabat AS sebagai ancaman-ancaman Iran terhadap tentara dan kepentingannya di kawasan itu.
"Amerika yang kriminal dan para sekutu regional dan Barat-nya tidak berani melancarkan serangan militer saling berhadapan terhadap negara kami, karena semangat perlawanan dan rela berkorban rakyat dan para pemudanya," kata Mayor Jenderal Gholamali Rashid, yang dikutip kantor berita Fars, Rabu (22/5).
Dalam pesan dengan menggunakan Twitter yang disampaikan kepada Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, pada Rabu, seorang penasihat Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan pengerahan militer AS ke kawasan itu merupakan provokasi yang disengaja.
"Anda @Menlu Pompeo jangan bawa kapal-kapal perang ke kawasan kami dan menyebutnya pencegahan. Itu disebut provokasi. Hal itu memaksa Iran menggambarkan pencegahannya sendiri, yang Anda sebut provokasi, Anda lihat siklusnya?" cuit penasihat itu, Hesameddin Ashena, dalam bahasa Inggris.
Pada Ahad, Presiden AS Donald Trump mencuit, "Jika Iran inginkan perang, Iran resmi habis. Jangan pernah ancam Amerika Serikat lagi!"