Kamis 23 May 2019 08:03 WIB

Pentagon Pertimbangkan Penambahan Pasukan di Timur Tengah

Komando Pusat AS telah mengajukan permintaan tambahan personil militer.

Amerika Serikat vs Iran (ilustrasi)
Amerika Serikat vs Iran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) mempertimbangkan permintaan militer AS untuk mengirim 5 ribu tentara tambahan ke Timur Tengah. Hal ini menyusul meningkatnya ketegangan antara AS dengan Iran.

Pejabat Departemen Pertahanan yang enggan disebutkan namanya mengatakan kepada Reuters, Komando Pusat AS telah mengajukan permintaan tambahan personil militer. Namun belum dapat dipastikan apakah Pentagon akan menyetujui permintaan tersebut.

Pasukan yang diminta tersebut akan bersifat defensif. Sebelumnya, Pentagon kerap menerima dan menolah sumber daya militer tambahan dari markas komando AS di seluruh dunia. Namun, kali ini merupakan permintahan sumber daya tambahan baru untuk menghadapi ancaman terhadap kepentingan AS di Timur Tengah.

"Sebagai kebijakan jangka panjang, kami tidak akan membahas atau berspekulasi tentang rencana masa depan potensial dan permintaan tambahan pasukan," ujar juru bicara Pentagon, Rebecca Rebarich, Kamis (23/5).

Plt Menteri Pertahanan Patrick Shanahan mengatakan, ancaman di Timur Tengah memang cukup tinggi. Namun pihaknya berupaya melakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi potensi serangan terhadap Amerika.

Sebelumnya, militer AS telah mengerahkan kapal pengebom dan rudal Patriot ke Timur Tengah. Hal ini sebagai tanggapan atas indikasi kemungkinan persiapan serangan oleh Iran. Presiden Trump telah memberikan peringatan kepada Iran, bahwa mereka akan menghadapi kekuatan besar jika menyerang kepentingan AS di Timur Tengah.

Reuters/Ipsos melakukan jajak pendapat secara daring terhadap 1.007 orang dewasa di AS, termasuk 377 anggota Partai Demokrat dan 313 anggota Partai Republik. Pertanyaan yang diajukan adalah seputar Iran, termasuk ketegangannya saat ini dengan AS.

Berdasarkan survei tersebut, 49 persen warga AS tak setuju dengan cara Presiden AS Donald Trump dalam menangani hubungan dengan Iran. Sebanyak 31 persen di antaranya menyatakan sangat tidak sepakat dengan cara Trump. Sedangkan, 39 persen lainnya menyetujui kebijakan Trump terhadap Teheran.

Sebanyak 51 persen warga AS memprediksi bahwa negara mereka akan berperang dengan Iran dalam beberapa tahun mendatang. Persentase itu naik delapan poin dari jajak pendapat serupa yang dirilis Juni 2018.

Sebanyak 53 persen warga AS memandang Iran sebagai ancaman serius. Persentase itu naik enam poin bila dibandingkan survei tahun lalu. Sebagai perbandingan, 58 persen warga Amerika menyebut Korea Utara (Korut) sebagai ancaman. Sementara 51 persen lainnya menganggap Rusia sebagai ancaman.

Namun, terlepas dari kekhawatiran mereka, 60 persen warga Amerika berpendapat AS seharusnya tak melakukan serangan pendahuluan terhadap militer Iran. Sedangkan, 12 persen lainnya menganjurkan agar Washington melancarkan serangan lebih dulu.

Survei tersebut juga menunjukkan, sebanyak 61 persen warga AS masih mendukung kesepakatan nuklir Iran yang tercapai pada 2015. Kesepakatan itu dinilai masih penting untuk mengekang pengembangan program nuklir Teheran. AS telah mundur dari kesepakatan tersebut pada Mei tahun lalu. n. Rizky Jaramaya/ Reuters

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement