Kamis 23 May 2019 08:21 WIB

AS Ingin Tambah 5.000 Personel Militer di Timur Tengah

Penambahan personel militer di Timur Tengah menyusul ketegangan dengan Iran.

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Nashih Nashrullah
Tentara Amerika Serikat (ilustrasi)
Foto: Reuters/Carlo Allegri
Tentara Amerika Serikat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) dilaporkan tengah mempertimbangkan permintaan militer AS untuk mengirim sekitar 5.000 tentara tambahan ke Timur Tengah di tengah meningkatnya ketegangan dengan Iran. 

Hal itu disampaikan dua pejabat Kementerian Pertahanan dengan syarat anonim, Rabu (22/5) waktu setempat.

Baca Juga

Kedua pejabat mengatakan, permintaan itu telah dibuat oleh Komando Pusat AS, Pentagon. Meski belum jelas apakah Pentagon akan menyetujui permintaan tersebut atau tidak. 

Pentagon bertugas secara teratur menerima dan menolak permintaan untuk sumber daya tambahan pasukan AS di seluruh dunia.

Salah satu pejabat mengatakan, pasukan yang diminta akan bersifat defensif. Namun, tidak jelas apakah ada permintaan khusus pada akhirnya akan diajukan ke Gedung Putih.  

Permintaan 5.000 tentara tambahan pertama kali dilaporkan Reuters. Hal ini merupakan permintaan terbaru untuk sumber daya tambahan dalam menghadapi ancaman yang AS yakini bersumber dari Iran terhadap pasukan AS dan kepentingan Amerika di Timur Tengah.

Kendati demikian, AS belum secara terbuka menunjukkan bukti intelijen spesifik tentang ancaman Iran. Hingga kini, Pentagon menolak berkomentar.

"Sebagai kebijakan jangka panjang, kami tidak akan membahas atau berspekulasi tentang rencana masa depan potensial dan permintaan pasukan," ujar juru bicara Pentagon, Komandan Rebecca Rebarich beberapa waktu lalu.

Bertindak sebagai Menteri Pertahanan AS, Patrick Shanahan, mengatakan sementara ancaman dari Iran di Timur Tengah tetap tinggi, tindakan pencegahan yang dilakukan oleh Pentagon telah menahan potensi serangan terhadap Amerika.

Adanya indikasi persiapan serangan untuk Iran, sejak awal Mei militer AS mempercepat penyebaran kelompok penyerang kapal induk ke kawasan Timur Tengah. Selain itu AS juga mengirim pengebom dan rudal Patriot.

Sumber-sumber pemerintah AS mengatakan pekan lalu, bahwa AS yakin Iran mendorong militan Houthi atau milisi Syiah yang berbasis di Irak untuk melakukan serangan terhadap kapal-kapal tanker di Uni Emirat Arab.

Teheran dan Washington bulan ini telah meningkatkan retorika satu sama lain, mengikuti keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mencoba memotong ekspor minyak Iran menjadi nol. 

Hubungan keduanya memanas ketika AS meningkatkan kehadiran militer AS di Teluk dalam menanggapi apa yang AS katakan adalah ancaman Iran.

Trump telah memperingatkan bahwa Iran akan bertemu dengan kekuatan besar jika menyerang kepentingan AS di Timur Tengah. Sementara Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan bahwa pemuda Iran akan menyaksikan kematian Israel dan peradaban Amerika.

 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement