REPUBLIKA.CO.ID, PENTAGON -- Penjabat Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Patrick Shanahan membantah laporan antara 5.000 dan 10 ribu tentara AS dapat dikirim ke Timur Tengah untuk mempertahankan diri dari ancaman potensial oleh Iran.
"Tidak ada 10 ribu. Tidak ada 5.000. Itu tidak akurat," katanya kepada wartawan, dilansir di Voice of America (VOA), Jumat (24/5), merujuk pada laporan Reuters dan AP.
VOA melaporkan Shanahan dan Kepala Staf Gabungan Jenderal Joseph Dunford akan memberi presiden dengan berbagai pilihan, Kamis (23/5). Hal ini sebagai tanggapan atas meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, termasuk kemungkinan mengirim ribuan pasukan AS ke wilayah tersebut.
Shanahan mengonfirmasi perihal ini sebelum pengarahan presiden di Gedung Putih. Ia mengatakan kepada wartawan mempertimbangkan mengerahkan lebih banyak pasukan AS.
"Apa yang kita lihat adalah, adakah hal-hal yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan perlindungan pasukan di Timur Tengah? Ini mungkin melibatkan pengiriman pasukan tambahan," ucap Shanahan.
Permintaan perlindungan pasukan tambahan datang dari kepala Komando Pusat AS, Jenderal Marinir Kenneth 'Frank' McKenzie. Shanahan mengungkapkan, permintaan itu adalah bagian dari hal yang normal mengingat semua dinamika yang terjadi di Timur Tengah.
Tidak jelas apakah Gedung Putih akan menyetujui pengiriman pasukan atau peralatan tambahan, seperti lebih banyak baterai atau kapal rudal Patriot. Selain itu masih jelas dari mana sumber daya tambahan itu berasal, jika disetujui.
Ketegangan antara Teheran dan Washington telah meningkat sejak Presiden Donald Trump mengumumkan keputusannya untuk mencoba memangkas ekspor minyak Iran menjadi nol. Kemudian meningkatkan kehadiran militer AS di Teluk Persia sebagai tanggapan atas apa yang ia katakan sebagai ancaman Iran. Terlepas dari retorika, pekan lalu Presiden AS, Donald Trump mengatakan kepada Shanahan ia tidak ingin berperang dengan Iran.