Jumat 24 May 2019 09:36 WIB

Palestina Tolak Undangan Pembicaraan Damai AS di Bahrain

AS menawarkan rencana perdamaian antara Israel dan Palestina.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Ilustrasi Bendera Israel dan Palestina
Ilustrasi Bendera Israel dan Palestina

REPUBLIKA.CO.ID, MANAMAH — Otoritas Palestina secara resmi menolak undangan konferesi damai yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) di Bahrain pada bulan depan. Konferensi itu telah disebut oleh Presiden AS Donald Trump sebagai awal dari penyelesaian konflik antara Israel dan Palestina. 

““Ini adalah pengumuman resmi bahwa Palestina tidak akan menghadiri pertemuan Manama. Ini adalah posisi kolektif Palestina, dari Presiden Mahmoud Abbas dan Komite Eksekutif PLO untuk semua gerakan dan faksi politik Palestina, tokoh nasional, sektor swasta dan masyarakat sipil, ” kata pejabat senior Palestina Saeb Erekat dalam sebuah pernyataan dilansir Breitbart, Jumat (24/5). 

Baca Juga

Erekat mengatakan bahwa tak akan ada perwakilan Palestina yang hadir dalam konferensi tersebut. Ia meminta agar semua pihak mematuhi dan menghormati posisi kolektif tersebut dan tidak mencoba untuk mengikuti pembicaraan yang dipimpin AS tersebut. 

Sebelumnya, pada pekan lalu, AS mengumumkan akan melakukan tahap pertama dari proposal yang telah lama ditunggu. Washington mengatakan akan menguraikan imbalan ekonomi, jika kesepakatan damai dapat tercapai. 

Dalam sebuah pernyataan, utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Jason Greenblatt mengatakan bahwa proposal itu memiliki potensi untuk membuka masa depan yang sejahtera bagi Palestina. Namun, Palestina melalui Erekat menjawab bahwa potensi ekonomi dapat tercapai secara penuh bagi mereka dengan diakhirinya pendudukan Israel. 

“Potensi penuh ekonomi Palestina hanya dapat dicapai dengan mengakhiri pendudukan Israel dan dihormatinya hukum internasional serta resolusi PBB,” ujar Erekat. 

Greenblatt mengatakan bahwa Palestina telah melakukan kesalahan untuk menolak bergabung dalam konferensi tersebut. Ia juga menambahkan bahwa Palestina tak akan mengalami kerugian apapun, sebaliknya mendapatkan banyak keuntungan dengan mengikuti pembicaraan yang dipimpin AS. 

“Tapi tentu saja, itu pilihan mereka,” kata Greenblatt. 

Konferensi damai yang dipimpin AS di Ibu Kota Manamah, Bahrain dipastikan akan dihadiri oleh Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi. Menurut Jerusalem Post, kedua negara itu serta Mesir telah menyatakan keprihatianan atas penolakan Palestina untuk menghadiri pembicaraan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement