Jumat 24 May 2019 14:47 WIB

Rouhani: Iran tak akan Menyerah Meski Dibom

Rouhani menegaskan Iran tidak akan tunduk pada tekanan musuhnya.

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Presiden Iran Hassan Rouhani
Foto: Iranian Presidency Office via AP
Presiden Iran Hassan Rouhani

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN — Pemerintah Iran mengatakan tidak akan menyerah terhadap tekanan Amerika Serikat (AS) pada Kamis (23/5). Bahkan, negara Timur Tengah itu menegaskan tak akan melakukannya, sekalipun serangan datang. 

Sebelumnya, Kepala staf angkatan bersenjata Iran, Mohammad Baqeri mengatakan terjadi kebuntuan dalam keinginan Teheran dan Washington. Ketegangan telah meningkat antara dua negara dalam beberapa pekan terakhir, menyusul langkah AS mengirimkan pasukan ke Timur Tengah. 

Baca Juga

AS mengatakan langkah tersebut diperlukan atas indikasi ancaman Iran terhadap pasukan serta kepentingan negara tersebut di Timur Tengah. Kelompok kapal perang dan satuan pembom Negeri Paman Sam telah dikerahkan ke kawasan tersebut. 

Konflik antara Teheran dan Washington telah dimulai sejak Presiden AS Donald Trump pada tahun lalu memutuskan agar negaranya mundur dari perjanjian nuklir Iran 2015 yang dibuat bersama dengan enam negara dalam Dewan Keamanann PBB. Tak hanya itu, AS kemudian memberikan sejumlah sanksi yang menekan Iran, mulai dari larangan ekspor minyak, serta sejumlah sanksi ekonomi yang dikenakan kepada individu dan para pelaku bisnis. 

“Lebih dari satu tahun setelah pengenaan sanksi berat ini, tetapi warga kami tidak tunduk pada tekanan meski menghadapi kesulitan dalam hidup mereka,” ujar Presiden Iran Hassan Rouhani dikutip oleh kantor berita IRNA, Jumat (24/6). 

Rouhani mengatakan diperlukan perlawanan agar musuh-musuh Iran mengetahui kekuatan dari negara itu yang sebenarnya. Ia menekankan bahwa Teheran tak akan pernah memberikan mengorbankan tujuan dalam mencapai kemerdekaan serta harga diri mereka. 

"Kita perlu perlawanan sehingga musuh tahu bahwa jika mereka mengebom tanah kita dan jika anak-anak kami mati syahid, terluka atau menjadi tahanan, kami tidak akan memberikan tujuan kami untuk kemerdekaan negara kami dan harga diri kami,” kata Rouhani. 

Dalam sebuah pernyataan, Baqeri mengatakan Iran siap melakukan pertempuran dan merujuk pada kemenangan dalam perang melawan Irak. Hasil dari perang tersebut harus menjadi pesan bagi banyak pihak bahwa Iran memiliki respons yang keras, menghancurkan dan bahkan melenyapkan untuk setiap musuh negara itu. 

“Konfrontasi Iran dan Amerika adalah arena untuk bentrokan dari keinginan,” kata Baqeri. 

Sebelumnya, Pelaksana Tugas Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan mengatakan Pentagon telah mempertimbangkan untuk mengirim pasukan tambahan ke Timur Tengah. Ini menjadi salah satu cara untuk meningkatkan perlindungan bagi pasukan Amerika, seiring  ketegangan dengan Iran yang terus berlanjut. Namun, ia membantah laporan atas rencana dikirimnya 10 ribu tentara AS ke Timur Tengah. 

“Apakah ada hal yang bisa kami lakukan untuk meningkatkan perlindungan pasukan AS di Timur Tengah? Ini mungkin perlu melibatkan  pengiriman pasukan tambahan,” kata Shanahan. 

Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan bahwa kesabaran Teheran telah berakhir kepada utusan Jerman, sebagai salah satu negara yang berusaha menjaga perjanjian nuklir 2015. Ia dilaporkan juga mendesak penandatanganan perjanjian yang tersisa, untuk memenuhi komitmen yang telah dicapai, setelah AS menarik diri dari kesepakatan.

Inggris, Prancis dan Jerman, yang menandatangani perjanjian 2015 bersama dengan AS, Cina dan Rusia, bertekad untuk menunjukkan bahwa mereka dapat mengimbangi penarikan AS dari kesepakatan. Hal itu termasuk di dalamnya adalah dengan melindungi perdagangan negara itu, serta mencegah agar Teheran berhenti mematuhi perjanjian tersebut. 

Pada awal bulan ini, Iran telah memutuskan untuk mundur dari beberapa komitmen dalam perjanjian nuklir 2015, sebagai langkah balasan untuk AS yang terus memberikan sanksi ekonomi. Penarikan sebagian dari kesepakatan itu termasuk dalam hal pembatasan pengayaan uranium. 

“Setelah Iran mengumumkan untuk menangguhkan sebagian komitmen di bawah perjanjian nuklir, ada peluang bagi diplomasi untuk membujuk Iran mematuhi kesepakatan sepenuhnya,” ujar sumber diplomatik Jerman dalam kondisi anonimitas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement