REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif telah tiba di Baghdad untuk mengadakan pembicaraan dengan para pejabat Irak di tengah meningkatnya ketegangan antara negaranya dan Amerika Serikat (AS), Sabtu (25/5).
Kunjungannya pada Sabtu terjadi sehari setelah AS mengumumkan pengerahan 1.500 tentara tambahan ke Timur Tengah. Ini disebut sebagai suatu perkembangan yang berbahaya.
"Irak berada dalam posisi yang sangat sulit karena pengaruh besar yang dimiliki Iran terhadap negara ini. Sejauh ini mereka merupakan sekutu regional terbesar Irak, baik secara ekonomi, politik atau militer," kata laporan Aljazirah dari Irak, Charles Stratford.
Sumber pemerintahan menyatakan, di Baghdad, Zarif bertemu dengan pejabat senior termasuk Perdana Menteri Irak Adel Abdel-Mahdi untuk membahas krisis dengan AS, dan konsekuensi regionalnya. Namun mereka tidak memberikan perincian lebih lanjut terkait dengan pertemuan tersebut.
Ketua Parlemen Irak Mohamad al-Halbousi mengatakan siap menengahi antara AS, dan Iran jika diminta untuk melakukannya. Komentar Al-Halbousi datang beberapa hari setelah Abdel-Mahdi mengungkapkan bahwa Irak akan mengirim delegasi ke AS, dan Iran dalam upaya untuk meredakan ketegangan antara kedua negara. Irak mempertahankan hubungan dekat dengan kedua negara.
Ketegangan antara AS dan Iran telah meningkat sejak pemerintahan Presiden AS, Donald Trump pada tahun lalu. Mereka menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 antara Republik Islam dan kekuatan dunia. Kemudian menerapkan kembali sanksi Amerika yang telah merusak ekonomi Iran.
Trump berargumen kesepakatan nuklir gagal untuk mengekang kemampuan Iran mengembangkan senjata nuklir, atau menghentikan dukungannya untuk milisi di seluruh Timur Tengah. "Kami siap menengahi untuk menyelesaikan krisis antara Washington dan Teheran jika kami diminta untuk itu," kata al-Halbousi.
Pada 19 Mei, sebuah roket ditembakkan ke Zona Hijau Baghdad yang dijaga ketat. Roket tersebut mendarat kurang dari satu mil dari Kedutaan Besar AS yang luas. Tidak ada laporan cedera, dan tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab. Akan tetapi roket itu diyakini telah ditembakkan dari Baghdad timur, yang merupakan rumah bagi milisi Syiah yang didukung Iran.
Selama kunjungannya ke Baghdad, Zarif akan bertemu Presiden Irak Barham Salih dan Abdul-Mahdi. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Irak Ahmad Sahhaf mengatakan, Zarif akan membahas situasi di kawasan itu, dan cara-cara menemukan titik temu.