REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Amerika Serikat (AS) akan mengirim ratusan tentara tambahan dan belasan jet tempur ke Timur Tengah dalam beberapa pekan mendatang. Pentagon menyatakan, pengiriman ini menyusul adanya peningkatan tekanan oleh Iran yang diperkirakan akan melakukan serangan terhadap kepentingan AS di kawasan tersebut.
Untuk pertama kalinya, secara terbuka pejabat Pentagon menyalahkan Iran atas pengeboman kapal tanker di dekat Uni Emirat Arab (UEA) dan serangan roket di Irak. Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada wartawan pada Jumat lalu bahwa, 1.500 tentara yang dikerahkan di Timur Tengah memiliki peran sebagai protektif dan respons atas ancaman dari Iran.
Langkah-langkah ini membuat anggota Kongres khawatir AS akan bergerak menuju konflik terbuka. Apalagi, Trump kerap melontarkan kebijakan yang berbeda-beda.
Sebelumnya, Trump mengatakan, AS terbuka untuk bernegosiasi dengan Iran. Dia juga mengatakan bahwa, Iran tidak mungkin ingin berperang dengan AS.
"Saat ini saya tidak berpikir Iran ingin berkonflik, saya tidak berpikir mereka ingin bertarung dengan kami," ujar Trump, dilansir The Guardian, Ahad (26/5).
Pengerahan pasukan tambahan tersebut mencakup pengiriman satu skuadron 12 jet tempur, pesawat pengawas berawak dan tak berawak, serta sejumlah insinyur militer untuk meningkatkan perlindungan bagi pasukan. Sementara, satu batalion dari empat rudal Patriot yang dijadwalkan akan meninggalkan Timur Tengah, telah diperintahkan untuk tetap siaga.
Dengan demikian, jumlah pasukan tambahan menjadi sekitar 1500, termasuk 600 pasukan batalion Patriot. Tak satu pun dari pasukan ini akan dikirim ke Irak atau Suriah.
"Kami akan mengirimkan sejumlah kecil pasukan. Beberapa orang yang sangat berbakat akan pergi ke Timur Tengah sekarang dan kita akan melihat apa yang terjadi," kata Trump sebelum bertolak ke Jepang.
Administrasi Trump mengabaikan izin Kongres untuk menjual senjata ke Arab Saudi senilai 7 miliar dolar AS, dengan alasan ancaman dari Iran. Direktur Staf Gabungan, Michael Gilday mengatakan kepada wartawan di Pentagon, AS percaya bahwa Pengawal Revolusi Iran bertanggung jawab atas ledakan pada empat kapal tanker. Selain itu, proxy Iran di Irak juga telah menembakkan roket ke Baghdad, serta mencoba mengerahkan kapal kecil yang dimodifikasi dan mampu meluncurkan rudal jelajah.
Gilday tidak memberikan bukti langsung yang mendukung klaim bahwa Iran telah meningkatkan serangan. Gilday mengatakan, kesimpulannya berdasarkan pada laporan intelijen dan bukti-bukti yang dikumpulkan di wilayah tersebut. Para pejabat Pentagon mengatakan, mereka mencoba untuk mendeklasifikasikan beberapa informasi sehingga dapat dipublikasikan.
"Ini adalah operasi yang didorong oleh intelijen," kata Gilday.
Gilday menambahkan, AS akan terus berpegangan pada intelijen yang menyarankan bahwa Iran secara aktif merencanakan serangan terhadap AS di wilayah tersebut oleh Garda Revolusi dan proksi Iran di Yaman dan Irak. Ketika ditanya bukti keterlibatan Iran, dia mengatakan, ranjau yang digunakan dalam serangan kapal tanker dikaitkan langsung dengan Garda Revolusi. Menurutnya, ancaman tersebut dapat ditelusuri kembali kepada para pemimpin senior di Iran.
"Saya tidak akan membalikkan rekayasa ini. Orang-orang Iran mengatakan di depan umum bahwa mereka akan melakukan sesuatu. Kami belajar lebih banyak melalui pelaporan intelijen. Mereka telah menindak ancaman itu dan mereka benar-benar diserang," ujar Gilday.
Gilday dan Plt Asisten Menteri Pertahanan untuk Urusan Internasional, Katie Wheelbarger mengatakan, misi tersebut sangat defensif dan tidak dirancang untuk memprovokasi Iran agar melakukan serangan tambahan. Mereka mengatakan Pentagon akan terus mengevaluasi jumlah pasukan di wilayah itu jika nantinya diperlukan tambahan lebih banyak.
Awal pekan ini, para pejabat Pentagon mengatakan, perencana militer telah menguraikan opsi dapat mengirim hingga 10 ribu bala bantuan militer ke wilayah Timur Tengah.
Plt Menteri Pertahanan, Patrick Shanahan mengatakan, para perencana militer belum menentukan jumlah pasukan. Saat ini AS memiliki sekitar 70 ribu tentara di Timur Tengah, termasuk di pangkalan Angkatan Laut utama di Bahrain dan pangkalan Angkatan Udara serta pusat operasi di Qatar. Sementara, ada sekitar 5200 tentara AS yang ditempatkan di Irak, dan 2 ribu tentara di Suriah. Awal bulan ini, AS mengirim ribuan lainnya ke wilayah di sekitar Iran, termasuk kapal induk, empat pesawat pengebom, baterai rudal Patriot dan jet tempur.