Senin 27 May 2019 15:32 WIB

Pengungsi Suriah Sukses Jadi Pengusaha di Mesir

Seorang pengungsi Suriah sukses jadi pengusaha manisan di Mesir.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Para pengungsi warga kota Aleppo, Suriah
Foto: AP
Para pengungsi warga kota Aleppo, Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) melaporkan cerita tentang pengungsi Suriah yang berhasil di Mesir. Perang di Suriah memaksa pembuat manisan Abdullah Bashir melarikan diri ke Mesir pada 2012. 

Di Mesir, Bashir mendirikan toko kue yang diisi dengan kurma atau pistachios dan kue semolina yang dicelupkan ke dalam sirup. Damaskus kehilangan pusat kuliner manis mereka, pindah ke Mesir. 

Baca Juga

Mesir menjadi tuan rumah bagi 132,165 pengungsi Suriah. Kisah Bashir menunjukkan bagaimana para pengungsi Suriah mengatasi kesulitan demi meraih kesuksesan di negara baru menggunakan kemampuan profesional yang mereka dapat di kampung halaman. 

Bashir lahir dari keluarga pembuat manisan. Sejak tahun 1980-an toko ayahnya di Damaskus menjadi '20 toko makanan penutup terbaik di Suriah'. Ketika pertama kali tiba di Kairo, Bashir yakin ia dapat segera pulang dalam beberapa bulan ke depan. 

"Ketika kami meninggalkan Suriah kami tidak berencana membuka toko di sini tapi setelah beberapa saat jelas kami harus bekerja," kata Bashir, seperti dikutip situs resmi UNCHR, Senin (27/5).

Sulit bagi Bashir untuk membangun usaha dari nol lagi. Keluarganya kekurangan modal dan harus belajar beradaptasi dengan selera warga Mesir. 

"Kami harus mengembangkan pekerjaan kami, membeli peralatan Mesir dan berkonsultasi dengan koki-koki Mesir," kata Bashir.   

Hasilnya toko 'Manisan dari Damaskus' dibuka pada Oktober 2013 di kota Giza yang terletak di dekat Kairo. Undang-undang Mesir mengizinkan pengungsi untuk bekerja dengan syarat bukan di sektor publik. 

Banyak dari pengungsi yang membuka bisnis atau bekerja di sektor informal dengan izin pemerintah Mesir. UNCHR menyediakan pelatihan, penempatan kerja dan pinjaman mikro bagi pengungsi dan pencari suaka di Mesir.  

Walaupun pada umumnya kondisi pengungsi di Mesir kondusif tapi akses mereka ke pasar tenaga kerja formal terbatas. Akhirnya, banyak pengungsi yang mengatasi tantangan itu dengan mendirikan usaha rintisan mereka sendiri. 

Demi membantu para pengungsi mengatasi tantangan ini UNHCR menyediakan pengungsi dan pencari suaka pelatihan, penempatan kerja dan pinjaman mikro. Pada paruh pertama 2018 hampir 228 orang mendapat manfaat dari bantuan tersebut.

Sejak konflik Suriah pecah delapan tahun yang lalu sekitar 5 juta orang harus mengungsi ke negara lain di Timur Tengah. Hal itu termasuk Mesir di mana setengah dari total jumlah orang Suriah di negara itu tercatat sebagai pengungsi dan pencari suaka. 

Walaupun Bashir merasakan kesuksesan di Mesir ia masih ingin pulang ke negaranya. "Menjadi pencari suaka bukan pilihan bagi kami, tidak peduli berapa banyak kami bekerja di sini, kami memiliki negara untuk pulang, ketika perang berakhir kami akan pulang," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement