REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Suriah mengatakan, Israel melakukan serangan rudal yang menimbulkan korban pada Senin (27/5) waktu setempat. Israel mengklaim serangan itu adalah serangan balasan.
"Sebuah rudal Israel menargetkan Tel al-Shaar di Quneitra. Kendaraan militer menjadi sasaran yang menimbulkan korban luka," demikian laporan kantor berita Suriah seperti dilansir France 24, Selasa (28/5).
Provinsi Quneitra di Suriah mencakup pula daerah Dataran Tinggi Golan, yang sebagian besat ditempati dan dianeksasi oleh Israel. Militer Israel mengonfirmasi telah melakukan serangan udara tersebut di Suriah sebagai bentuk pembalasan.
Pembalasan Israel dilakukan setelah salah satu jet tempurnya tertembak. "Sebelumnya, sistem anti-pesawat Suriah menembaki jet tempur Israel Defense Forces (IDF) selama penerbangan rutin di Israel Utara," ujar IDF dalam sebuah pernyataan.
Peluru itu kendati demikian meleset sehingga pesawat menyelesaikan perjalanannya sebelum IDF menargetkan penembak tersebut. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah pemantau perang yang berbasis di Inggris mengatakan, rudal Israel mengenai bagian pendudukan Golan. Direkturnya Rami Abdel Rahman mengatakan, tiga tentara Suriah terluka.
Israel telah melakukan ratusan serangan udara di Suriah. Sebagian besar serangan menargetkan target Iran dan Hezbollah. Hezbollah adalah kelompok Syiah Lebanon yang mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang juga didukung oleh Teheran.
Serangan Israel tersebut terjadi di tengah ketegangan yang melonjak di wilayah antara musuh bebuyutan Israel Iran dan Amerika Serikat (AS). Kebuntuan damai terjadi sejak AS tahun lalu menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 yang dicapai Iran dengan negara-negara besar dunia.
Dalam beberapa hari terakhir AS menuduh Iran melakukan ancaman. Pada pekan lalu pun, AS mengerahkan kelompok kapal induk dan pengebom B-52 ke Teluk.