Isu lingkungan dan perubahan iklim memobilisasi kaum muda di Jerman untuk ramai-ramai memilih Partai Hijau Die Grüne. Sebelumnya, para pelajar Jerman sudah menggalang unjuk rasa.
Setiap hari Jumat mereka meninggalkan bangku sekolah dan turun ke jalan bergabung dengan gerakan "Fridays for Future" yang diprakarsai remaja Swedia Greta Thunberg.Aksi Greta Thunberg yang dimulai dengan menggelar protes setiap hari Jumat di depan gedung parlemen di Stockholm, ternyata mendapat sambutan luas di Eropa dan Jerman.
Mereka menganggap para politisi saat ini tidak serius menanggulangi perubahan iklim. Mereka menuduh pemerintah dan kalangan politik mengorbankan masa depan kaum muda dan generasi sesudahnya.
Aksi-aksi dan retorika keras kaum remaja dan kaum muda itu ternyata bergaung di arena pertarungan politik. Pada pemilu Eropa 26 mei lalu, Partai Hijau Jerman meraih 20,5 persen suara, menggeser posisi partai tua SPD sebagai kekuatan politik kedua terbesar Jerman, di bawah partai kanselir Jerman Angela Merkel, CDU.
Kebangkitan politik kaum muda
Menurut lembaga penelitian opini publik dan perilaku pemilih "Forschungsgruppe Wahlen", 33% pemilih di bawah usia 30-an memberi suaranya untuk Partai Hijau.
Di kelompok usia itu, blok Uni Kriten di bawah pimpinan Angela Merkel hanya mampu merebut 13 persen suara, sedangkan partai Sosialdemokrat SPD, yang sekarang ada di koalisi pemerintahan, hanya merebut 10 persen suara.
Untuk kelompok pemilih berusia di atas 60 tahun, situasinya terbalik. Kebanyakan memilih CDU/CSU dan SPD, hanya sedikit yang memilih Partai Hijau. Kesenjangan generasi dalam isu lingkungan dan perubahan iklim memang makin melebar.
"Partai-partai lama belum benar-benar melakukan politik bagi kaum muda, dan selama bertahun-tahun kaum muda benar-benar frustrasi tentang hal itu," kata Matthias Rohrer, peneliti dan koordinator proyek di Institute for Youth Cultural Research di Hamburg.
Kebijakan untuk masa depan
"Saat ini Partai Hijau dilihat sebagai satu-satunya partai politik saat yang melakukan kerja politik bagi kaum muda dan bagi masa depan," kata Matthias Rohrer kepada DW.
Banyak pelajat dan mahasiswa yang tidak puas dengan apa kebijakan politik yang diterapkan pihak-pihak yang mereka anggap sebagai status quo.
Pemilu Eropa 2019 menunukkan bahwa kaum muda "tidak hanya membawa isu krisis iklim ke jalan-jalan, melainkan juga sampau ke tempat pemungutan suara," tulis aktivis muda Jerman Luisa Neubauer lewat Twitter. Ini peringatan bagi mereka yang selama ini menganggap enteng berbagai protes kaum remaja sebagai aksi anak sekolahan, kata Luisa.
Lanskap politik yang berubah
Beberapa pengamat politik mengatakan, aksi dan suara kaum muda yang tercermin dalam hasil Pemilu Eropa akhir minggu lalu menandai perubahan lanskap politik di Jerman.
Tetapi apakah kecenderungan ini akan terus berlanjut dan memobilisasi partisipasi kaum muda, tergantung pada Partai Hijau sendiri, kata pengamat politik Matthias Rohrer. Yang penting adalah, apakah Partai Hijau akan menepati janji-janjinya dan konsisten mendorong perubahan kebijakan dalam isu perlindungan iklim.
Jika Partai Hijau tidak bisa melakukannya, "orang-orang muda akan berkata, Oh ternyata politisi partai ini juga tidak melakukan apa-apa untuk kita, dan kita tidak akan mempercayai mereka lagi."
"Jadi ini adalah tugas besar bagi Partai Hijau," tandasnya. (hp/vlz)