Rabu 29 May 2019 02:27 WIB

Bom Meledak di Pasar Pattani Thailand, Dua Orang Meninggal

Aksi bom itu disebut sebagai tindakan yang tidak manusiawi

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Hasanul Rizqa
kepanikan pascaledakan bom di kawasan muslim Thailand, Pattani, Kamis (2/4).
Foto: worldbulletin
kepanikan pascaledakan bom di kawasan muslim Thailand, Pattani, Kamis (2/4).

REPUBLIKA.CO.ID, PATTANI -- Bom meledak di pasar Nong Chik, Provinsi Pattani, Thailand pada Selasa (28/5). Ledakan itu menyebabkan dua orang meninggal dunia. Selain itu, sebanyak empat orang mengalami luka-luka.

"Seorang bocah berumur 14 tahun dan seorang perempuan 38 tahun tewas dalam kejadian itu," kata juru bicara militer untuk wilayah selatan Thailand, Kolonel Thanawee Suwannathat seperti dikutip New Strait Times, Selasa (27/5).

Baca Juga

Thanawee menyebut, empat personel militer ikut terluka akibat insiden yang terjadi saat bulan Ramadhan di wilayah bergejolak itu. Serangan bermula ketika seorang pria dengan sepeda motornya meledakkan bom di tengah keramaian pasar Nong Chik.

Thanawee menduga serangan itu dilakukan kelompok pemberontak di Provinsi Yala yang mencoba balas dendam atas kematian seorang pemimpinnya yang menjadi buronan aparat Thailand.

Dia mengatakan sang pemimpin pemberontak bernama Abdulloh Lateh. Pria 37 tahun itu merupakan tokoh di distrik Yaha. Lateh ditembak hingga meninggal saat militer mengepung rumahnya beberapa waktu lalu.

Perdana Menteri, Prayuth Chan-O-Cha, mengutuk serangan di Pattani itu dan menganggapnya sebagai tindakan "yang tidak manusiawi". Serangan bom hari ini terjadi sehari setelah insiden serupa menerjang Provinsi Songkhla.

Insiden itu menyebabkan seorang petugas kepolisian meninggal dan melukai tiga orang lainnya.

Video CCTV yang tersebar menunjukkan kepulan asap tebal menyelimuti lokasi kejadian sesaat setelah bom meledak. Petugas polisi yang menjadi korban tergeletak tidak berdaya saat kejadian berlangsung.

Pattani sendiri dikenal sebahgai salah satu dari tiga provinsi di Thailand bagian selatan yang masih bergejolak sejak dilanda konflik pada 2004 silam. Sekitar 7.000 orang yang sebagian besar merupakan warga sipil tewas dalam bentrokan antarkelompok di wilayah-wilayah itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement