REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) masih terus mengamati langkah-langkah yang diambil pemerintah Suriah dan militer Rusia di Suriah Utara. Pihak Negeri Paman Sam itu menyebut, otoritas Suriah dan Rusia cenderung meningkatkan eskalasi ketegangan di wilayah tersebut. Demikian dilansir Reuters dari rilis Kementerian Luar Negeri AS, Selasa (28/5).
Sebelumnya, pemerintah Suriah telah melancarkan serangan udara dengan dukungan dari Rusia. Serangan itu berfokus pada Idlib Selatan dan sekitar Hama, serta berdampak pada 250 warga setempat. Aksi serangan itu telah menewaskan 229 warga sipil dan melukai 727 orang lainnya. Demikian data dari lembaga kemanusiaan UOSSM.
"Serangan yang gegabah terhadap warga sipil dan infrastruktur publik, seperti sekolah, pasar, dan rumah sakit itu hanya menambah eskalasi ketegangan dan konflik. Hal ini tak bisa diterima," kata Morgan Ortagus, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS.
Ratusan anggota Kongres AS telah menandatangani surat yang tertuju kepada Presiden Donald Trump pekan lalu. Mereka menilai, AS mesti terus terlibat dalam penyelesaian konflik di Suriah.
Pernyataan mereka juga menyinggung tentang banyaknya kelompok-kelompok ekstremis di Suriah.
Bahkan, suara yang sama juga disiarkan para anggota DPR AS yang separtai dengan Trump. Pada Desember tahun lalu, Trump memutuskan untuk menarik pulang sekitar dua ribu personil tentara AS dari Suriah. Bagi Trump, kebijakan itu dapat ikut menekan para pendukung ISIS.